Masalah Umat Kini
Di ujung pemaparannya, Prof Hamid membahas masalah produktivitas umat sebagai bahan introspeksi. “Prestasi intelektual Muslim dalam bidang sains dan humaniora masih kalah dengan intelektual non-Muslim. Peraih hadiah Nobel didominasi non-Muslim,” terangnya.
Selain itu, produktivitas saintis Muslim atau ulama masa kini kalah jauh dibanding saintis atau ulama masa lalu. Dalam hal penerbitan buku, Indonesia kini masih mencapai 30 ribu buku. Padahal Cina mencapai 440 ribu, Amerika 304 ribu, Inggris 184 ribu, dan India 90 ribu buku.
Tak hanya itu, penghargaan masyarakat terhadap karya saintis Muslim atau ulama saat ini sangat minim.
Lembaga Pendidikan Islam
Dia mengimbau umat Islam perlu punya lembaga pendidikan terbaik dari tingkat menengah hingga universitas. Menurutnya, kini, terlalu fokus pada hal-hal yang bersifat hafalan. “Tapi lupa Islam juga satu sikap, kepribadian, akhlak,” terangnya.
Lembaga pendidikan, kata Prof Hamid, harus mencetak manusia utuh (insan kamil) yang beriman dan berilmu. Kalau ini bisa kita hasilkan, lanjutnya, universitas Islam bisa bersandar internasional. Meski bersandar internasional, tapi nilai-nilai pendidikannya harus tetap standar Islam.
Dia mengungkap, “Saya bahagia sekali mendengar Muhammadiyah sudah mendirikan universitas di Malaysia dan sekolah di Melbourne.”
Prof Hamid pun menekankan, universitas Islam harus menjadi lembaga kaderisasi pemimpin umat dalam berbagai bidang. Pemimpin yang dimaksud, harus punya ilmu, iman, dan amal.
Selain itu, universitas Islam menurutnya juga harus menghasilkan tokoh-tokoh perubahan dan memiliki dosen-dosen profesional yang terbaik, berjiwa pejuang, dan ikhlas. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni