
Rela sama Rela
Maka profit oriented menjadi bagian yang tak terpisahkan dari para pebisnis. Hal ini tentu tidak masalah sepanjang bisnis yang dilakukannya tidak terdapat unsur tipu-menipu di dalamnya, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Semua harus dijalankan secara tranparan sehingga benar-benar menghasilkan akad rela sama rela.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَأۡكُلُوٓاْ أَمۡوَٰلَكُم بَيۡنَكُم بِٱلۡبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٖ مِّنكُمۡۚ وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَنفُسَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِيمٗا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (an-Nisa 29)
Ayat di atas menjadi hujjah bahwa bisnis tidak boleh ada unsur penipuan dan juga harus dilaksanakan dengan landasan suka sama suka tanpa ada unsur paksaan. Termasuk di dalam ayat tersebut adalah larangan untuk bunuh diri karena tidak kuatnya terhadap tekanan kehidupan yang semakin kuat.
Yang dimaksud bunuh diri adalah ketika seorang Muslim sudah tidak lagi mengindahkan hukum Allah dalam berbisnis, dengan prinsip asal dapat. Allah Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya.
Akan tetapi jika terjadi kegagalan atau bahkan berakibat bangkrut dalam bisnis maka hal itu adalah ujian yang harus siap diterimanya. Di samping itu haruslah selalu introspeksi diri terhadap kegagalannya tersebut untuk berbenah lebih baik lagi.
Bukankah kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda! Itu artinya kegagalan merupakan pelajaran yang sangat berharga dan ilmu yang sangat mahal yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain kecuali dirinya sendiri. Dan dari kegagalan itulah akan menjadikan lebih berpengalaman. Dan dari pengalaman itulah kita lebih mudah untuk meraih keberhasilan. Sehingga ada pepatah experience is the best teacher, bahwa pengalaman itu adalah guru yang sangat berharga.
Maka jika sebagai pengusaha Muslim orientasi hidup kita adalah tetap yakni berkomitmen atau tetap bermisi keumatan, yaitu dalam rangka menopang kegiatan dakwah demi kepentingan kualitas umat ini. Justru sangat berbahagialah bagi mereka yang diamanahi harta kemudian ia dapat menggunakannya di jalan Allah, karena jika tidak demikian justru di akhirat akan menjadi bahan bakar bagi pemiliknya sendiri.
Kebangkrutan di dunia merupakan hal yang harus dihindari dengan menajemen usaha yang baik. Tetapi jika hal itu benar-benar terjadi pastilah ada kesalahan yang bisa jadi merupakan bentuk teguran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kemudian kita diperintahkan instropeksi diri.
Baca sambungan di halaman 3: Bangkrut di Akhirat