Kritik Alumnus untuk DPD IMM Jawa Timur, laporan kontributor PWMU.CO, Muhammad Roissudin.
PWMU.CO – Absenya sejumlah pejabat Pemerintah pada Musyawarah Daerah (Musyda) XXI Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur di Gresik 21-23 Januari lalu menyisakan kriktik tajam dari para tokoh dan alumni.
Pasalnya, IMM Jawa Timur sebagai barometer nasional dianggap mengalami penurunan daya tarik bagi tokoh regional dan nasional. Ketidakhadiran sejumlah undangan VIP tersebut dinilai menjadi indikasi bahwa IMM tidak memiliki bargaining di mata publik.
Salah satu tokoh yang memberikan catatan krits adalah Dr Sholihin Fanani. Alumnus Program Pascasarjana Jurusan Manajemen Sumberdaya Manusia Universitas Airlangga itu memberikan pesan penting terkait “menurunya” daya tarik organisasi otonom Muhammadiyah ini.
Manta Kepala SD Muhammadiyah 4 Surabaya itu itu menyebut ada empat catatan penting IMM yang harus di sikapi oleh jajaran DPD IMM di bawah kepemimpinan Muhamamad Firdaus Su’udi.
Pertama, menurut Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu, karena IMM belum banyak dikenal, maka harus banyak melakukan terobosan baru di berbagai kesempatan. Agar publik mengenal lebih jauh, terurama di kampus baik perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM ) maupun non-PTM.
“Istilahnya rebranding lah digencarkan. Sosialisasi secara massif lewat kegiatan yang menarik bagi mahasiswa atau bermitra dengan berbagai pihak,” ungkapnya saat ditemui kontributor usai menghadiri acara silaturahmi Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Nurchahyanto di Kantor PWM Jatim,Jumat (28/01/2022).
Kedua, IMM belum menarik bagi mahasiswa. Menurutnya IMM harus mampu berinovasi dengan pendekatan milenium agar para milenial tertarik dengan aktivitas IMM. “Menyiapkan kegiatan kemahasiswaaan yang kekinian dan dekat dengan tehnologi dan platform anak muda,” urainya.
Jadikan Pilihan Utama
Ketiga, IMM belum menjadi pilihan utama. Agar menjadi pilihan utama dibanding organisasi mahasiswa lain, pria asal Lamongan ini menyarankan agar kepemimpinan berikutnya sekurang-kurangnya mampu menawarkan sesuatu yang berbeda dengan yang lain, “Defferensinya harus jelas karena pembeda itu yang membuat IMM menjadi pilihan utama di kalangan mahasiswa,” lanjutnya.
Keempat, IMM belum menjadi sesuatu yang diperbutkan oleh mahasiswa. Untuk bisa diperebutkan, imbuh dosen sejumlah perguruan tinggi di Surabaya ini, dewan pimpinan IMM harus menyajikan program yang kompetitif dan diberikan reward menarik.
“Misalnya beasiswa S1, S2, dan S3 itu program menarik, pasti diperebutkan. Meski hal itu sudah dilakulan, skalanya bisa diperluas dengan mengganding pihak ketiga,” ungkapnya.
Ia menambahkan agar empat hal di atas bisa berjalan secara personal IMM harus membekali diri dengan mempertajam intelektualitas, religiusitss atau nilai keagamaan, humanitas dan memiliki miltansi yang kuat.
“Atmosfir intelektualitas, humanitas, dan militansi adalah pondasi dasar yang wajib terus dipertajam IMM,” ujarnya.(*)
Editor Mohammad Nurfatoni