PWMU.CO – Jadilah generasi yang mau melakukan perubahan dunia dengan tindakan bermanfaat sekecil apapun itu.
Kalimat inilah yang menjadi closing statement Naomi Donatus dari Nigeria dalam agenda Getting Closer with Foreigner, Program International SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik, Sabtu (29/1/22).
Kepala Smamio Hari Widianto MPd menjelaskan bahwa kegiatan ini diadakan sebagai upaya menjawab tantangan dunia seperti yang ditetapkan oleh United Nations (UN) dengan 17 Indikator Suistainable Develpoment Goals (SDGs), khususnya pada indikator yang ke-4 yaitu Quality Education.
MoA dengan AIESEC
Hari menjelaskan Smamio sudah melaksanakan Memorandum of Agreement (MoA) dengan Association of Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) sejak Oktober lalu. Sebagai salah satu bentuk kerjsama tersebut adalah diselenggarakannya ageda belajar bersama Foreigners selama 4 pekan berturut-turut secara virtual.
Koordinator kegiatan Irma Sonya Suryana SKom menyatakan bahwa program ini akan digelar selama 1 bulan. Kerjasama dengan
AIESEC ini menghadirkan foreigner dari berbagai negara setiap pekannya.
“Untuk pekan ini dari Nigeria, insya Allah pekan depan dari Dubai,” paparnya.
Dia memaparkan pada sesi-1 dari Nigeria adalah negara yang dibidik dengan harapan siswa bisa mengetahui lebih dalam tentang negara tersebut.
Antusias Siswa
Antusiasme siswa-siswi kelas X dan XI dalam mengikuti agenda ini terpancar dari rasa penasaran mereka yang dituangkan melalui berbagai pertanyaan.
Aisyah Dzakiyyatur Rasyidah siswi kelas X IIS 2 yang menanyakan tentang makanan pokok penduduk Nigeria.
“The people in Nigeria Eat Rice and soup,” tanyanya.
“It names Ogbono Soup,” jawab Naomi.
Naomi juga menjelaskan tentang makanan kesukaannya yaitu Jollof Rice, jika di Indonesia dikenal sebagai nasi goreng.
Untuk mencairkan suasana, Sonya mengajak Naomi menirukan dalam bahasa Indonesia.
“Okey Naomi, repeat after me.”
“Nasi goreng,” Sonya mengarahkan. Naomi pun langsung menirukannya.
Negara Zero Hunger
Pada sesi tersebut Naomi menjelaskan tentang kondisi di negaranya dengan populasi 20 juta jiwa, serta upaya-upaya Nigeria mencapai SDGs dengan menitik beratkan pada indikator ke-2 yaitu Zero Hunger dan ke-3 Good health and Well Being.
Baginya orang Nigeria juga harus memiliki pendidikan yang berkualitas sesuai dengan indikator SDGs ke-4.
Dia menjelaskan jenjang sekolah yang sama dengan Indonesia. “We have same hierarchy of Education. Primary school with 6 years periode, 3 years Yunior High School and 3 years Senior High School. And for next level is college,” paparnya dengan detail.
Belajar Bahasa Igbo
Dwinta Lajarotus siswa kelas XI MIA 3 menanyakan tentang Mother Language Naomi.
“There are 5 Languages in Nigeria, but Mostly we speak in English,” tanyanya.
Memancing rasa penasaran, Naomi diminta menyebutkan salah satu bahasanya selain English yang berarti selamat pagi.
“Otutu Oma,” jawabnya.
Naomi memberikan challenge kepada siswa Smamio untuk mengatakan Otutu Oma. “Selamat Pagi,” jawab Naomi dengan bahasa Indonesia.
Di akhir sesi mereka mengambil foto bersama dengan style yang sedang hype saat ini, Sarangheo. (*)
Penulis Irma Sonya Suryana. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.