PWMU.CO– Mantan guru wafat, murid SD Muhammadiyah 2 Peneleh Surabaya berduka. Mereka menggelar shalat gaib dibimbing guru di aula.
Mantan guru Sekolah Anak Saleh ini bernama Ibu Mahmudah. Usianya 80 tahun. Dia menghembuskan napas terakhir pada Rabu (2/2/2022) bakda Subuh.
Ibu Mahmudah menderita sakit diabetes. Sempat dirawat di rumah sakit. Kemudian perawatan di rumah. Kakinya bengkak cukup serius. Lazismu Kota Surabaya memberikan perhatian kepada mantan guru yang sebatang kara itu dengan menggalang dana untuk pengobatan.
Tahun 2004 waktu usianya 62 tahun oleh kepala sekolah masih diberi kesempatan mengajar. Tapi tahun 2007 memilih berhenti mengajar. Dia sudah mengabdi kurang lebih 40 tahun.
”Bagi kami guru-guru, ibu Mahmudah sudah seperti orang tua kami. Makanya kami memanggilnya Mama Mudah,” kata guru-guru SD Muhammadiyah 2.
Para siswa SD Muhammadiyah 2 sekarang ini memang tidak pernah mengenalnya. Tapi para guru menyampaikan cerita betapa besar pengabdiannya di sekolah ini. Cerita itu disampaikan sebagai penghormatan dan mengenal guru-guru pendahulu.
Ustadz Thouan Mubarok, Wakil Kepala Sekolah Urusan Al Islam dan Kemuhammadiyahan mengajak semua siswa dan guru melaksanakan shalat gaib di aula.
Ustadz Thouan menjelaskan kepada siswa, shalat gaib adalah shalat yang dilakukan untuk jenazah di suatu tempat atau daerah yang tidak ada di hadapan langsung jamaah shalat jenazah.
”Selain sebagai pembelajaran buat anak didik, maksud kami agar Mama Mudah mendapat banyak doa dari siswa SD Muhammadiyah 2,” kata Ustadz Thouan.
Kepala SD Muhammadiyah 2 Peneleh Surabaya Choirotur Rosyidah menuturkan, sehari sebelum Ibu Mahmudah meninggal dunia, pengurus Lazismu Kota Surabaya menyerahkan Sankesmas (Santunan Kesehatan Masyarakat) dari penggalangan dana untuk membantu pengobatannya. Namun Allah swt berkehendak lain. Ibu Mahmudah telah dijemputNya lebih dulu.
”Hingga akhir hayat tetap dalam doa kami. Selamat jalan Bu Mahmudah jasamu tak kan kami lupakan, semoga amal jariyahmu selama mengajar menjadi pemberat timbangan pahala di akhirat,” ujar dia. (*)
Penulis Indira Yunia Elvi Editor Sugeng Purwanto