Duka Guru dan Alumni
Kepergian Mama Mudah meninggalkan rasa duka yang mendalam sekaligus kenangan indah bagi para guru dan alumni SD Muda. Seperti disampaikan Nia Indria SPd yang bergabung sebagai guru SD Muhammadiyah 2, sejak tahun 2004.
“Bagi kami, Ibu Siti Mahmudah sudah seperti orangtua kami. Makanya kami semua memanggilnya Mama Mudah,” ungkapnya.
Kenangan manis juga dirasakan M. Hasan Lutfi, alumnus angkatan 1991. “Masih terngiang cubitan sayang beliau kala buku saya masih kosong, karena tertinggal pelajaran imla’. Seolah beliau tak terima kalau saya tak bisa nulis,” kenangnya.
“Saya menyaksikan, salah satu guru sejati yang sangat menginspirasi saya. Hingga renta masih saja bersemangat mendidik anak-anak, kenang Hasan sambil meneteskan air mata.
Dia menuturkan, Mama Mudah bukan kepala sekolah, bukan pengawas, bukan kepala dinas, bukan menteri. “Tapi bagi saya beliau lebih besar dari orang berjabatan itu semua,” lanjut guru Agama Islam di salah satu SMA Negeri Tuban itu.
Lain lagi dengan Ponari, alumni SD Muda tahun 1992. Dia berkisah pada saat membesuk di rumah Mama Mudah. “Beliau masih bisa diajak bercanda. ‘Bu, gak pingin njiwit pupuku maneh ta? (Bu nggak ingin mencubit paha saya lagi ta?)’” cerita Ponari.
Dia melanjutkan kisahnya, “Sambil terseyum Mama Mudah menjawab: ‘Awakmu iku, kok isik eling ae, ape mbales ta, kon? (Kamu itu masih ingat saja, mau membalas ta?)’,” ungkapnya.
Sementara itu rasa penyesalan dirasakan oleh Irawati Masdania, Koordiantor Alumni SD Muda Angkatan 1991. ”Maafkan, kami semua sangat mencitai Mama Mudah dengan tulus, tetapi akhir-akhir ini kami jarang untuk menengoknya,” kata dia menyesal. Padahal dia sangat getol dalam menghubungi teman-teman alumni kalau sudah kangen dengan Mama Mudah.
“Kini Mama Mudah sudah tiada, semoga lahir Mama Mudah-Mama Mudah di era digita ini,” imbuhnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni