Daurah Bahasa, MAM 1 Karangasem Karantina 17 Siswa ICP, laporan Zulfatus Salima, kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Madrasah Aliyah Muhammadiyah (MAM) 1 Pondok Pesantren (Ponpes) Karangasem, Paciran, Lamongan, mengadakan Daurah Bahasa.
Program ini kali pertama diadakan oleh MAM 1 Ponpes Karangasem. Siswa yang mengikuti acara ini dikarantina selama sebulan di Panti Asuhan Ponpes Karangasem, mulai Sabtu (5/2/2022) sampai Kamis (3/3/2022).
Daurah Bahasa ini diikuti oleh 17 siswa kelas X yang masuk dalam program International Class Program (ICP). Kelas tersebut dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan bahasa Arab.
Kepala MAM 1 Ponpes Karangasem Nur Hidayah MPd mengungkapkan rencananya para siswa program ICP ini akan menempuh ujian tulis dan lisan menggunakan Bahasa Arab. “Oleh karena itu daurah ini perlu di adakan agar para siswa dapat memahami pelajaran dan lebih percaya diri. Dan kegiatan ini harus diikuti oleh seluruh siswa program ICP,” ujarnya.
Hidayah, sapaan akrabnya, telah menyerahkan para siswa untuk pembelajaran di luar kelas kepada Lembaga Kursus Bahasa (LKB) Arab Al-Azhar Pare, Kediri. Ia mengatakan para siswa sudah memiliki pemahaman dasar tentang bahasa Arab akan tetapi masih takut untuk berbicara.
“Sebenarnya anak-anak ini sudah punya basic bahasa Arab tapi malu untuk ngomong-nya. Takut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arabnya, makanya tidak dipakai,” ungkapnya.
Hidayah menjelaskan, tindak lanjut setelah program daurah ini selesai, para siswa di pondok bisa berkumpul satu kamar sehingga masih bisa berbicara bahasa Arab secara aktif.
Dia berharap target program ini dapat mencapai 100 persen.
“Targetnya pada pekan pertama anak-anak bisa memahami 15 persen bahasa Arab, kemudian pekan kedua bisa 50 persen, pekan ketiga 75 persen, dan pekan keempat bisa 100 persen. Saya yakin bisa, karena kalian ini sudah memiliki dasarnya,” ungkapnya.
Gunakan Metode Lagu
Ketua Bidang Kurikulum Lembaga Kursus Bahasa (LKB) Arab Pare, Yuli Kurniawan MPdI, mengungkapkan dalam daurah ini menggunakan metode bermain sambil belajar. Jadi, pelajaran nahwu dan shorof yang dikenal sulit akan disampaikan menggunakan lagu sehingga mudah diingat.
Menurut Yuli, karena awal menentukan akhir maka ia mengajak para siswa saat pembukaan untuk bersenang-senang. Sesuai dengan metode yang akan digunakan, maka ia mengajak peserta menghafalkan beberapa kosa kata dan isim maushul dengan cara bernyanyi. Hal ini membuat para santri bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang menyenangkan tersebut. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni