PWMU.CO – Jangan tergiur dan berebut menjadi pegawai (negeri). Sebab menjadi wiraswasta, termasuk di bidang pertanian, lebih menjanjikan. Demikian kalimat yang disampaikan oleh H Syamsul dalam acara ‘Seminar Entrepreneur’, yang dilaksanakan SMK Muhammadiyah 6 (SNAKMA) Modo, Lamongan, Senin (9/1).
Syamsul mengatakan, anak-anak muda sekarang sudah alergi dengan kata tani. Mereka menganggap bertani tidak modern alias ndeso. Di samping itu bertani dianggap bermodal besar. “Memang tidak bisa kita pungkiri, kondisi petani sering gali lubang tutup lubang. Kaum muda lebih memilih menjadi buruh dan kuli di kota. Padahal, kalau tahu ilmunya menjadi petani bisa kaya,” ungkapnya.
(Baca: SMK Muhammadiyah 6 Modo Berhasil Ciptakan Obat Demam dari Tanaman Cincau)
Syamsul sendiri memiliki 2 hektar lahan untuk sarana percontohan pertanian. Selain itu, di bidang peternakan dia bergerak di bidang keunggasan. Dan dalam 2 tahun terakhir, dia konsentrasi di bidang obat-obat organik. “Alhamdulillah, saya telah menemukan 25 produk organik untuk peternakan, pertanian dan perikanan. Saat ini masih dalam proses lisensi,” ujarnya
Selain memberi motivasi untuk menjadi petani entrepreneur, alumni SNAKMA angkatan pertama ini memberikan tips bagaimana membuat pupuk organik. “Kalian bisa memanfaatkan kotoran hewan sapi, kambing, atau ayam–yang selama ini diabaikan oleh petani,” jelas dia.
Syamsul menuturkan, bahan-bahan untuk pupuk organik meliputi kotoran sapi, sekam, dolomit, starter (bakteri yang berfunsi dalam fregmentasi), mollases (tetes tebu), dan air. “Semua bahan dicampur jadi satu dan dihomogenkan, semprot dengan menggunakan larutan dekomposer, aduk hingga rata dan lakukan fermentasi secara anaerob selama 7-14 hari,” jelasnya.
(Baca juga: TNI AD Ungkap Tanda-Tanda Kebangkitan Komunis di Hadapan Siswa Muhammadiyah)
Syamsul juga memberikan resep organik obat pembasmi hama dan penyakit padi (ulat, mentek), tanpa melibatkan zat kimia. Dia menunjukkan bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu daun sirsak 1 kg, daun srikaya 1 kg, daun sirih 1 kg, tembakau (kering/basah) 1 kg, buah gadung 1 kg, bonggelnya gacem 1 kg, dan cabe 1/2 kg.
“Semua bahan tersebut dihancurkan lalu dimasukkan dalam timba yang ada tutupnya dan ditambah air 14 liter,” kata Syamsul menjelaskan cara pembuatan. Setelah itu, kata dia, difermentasi selama 3 hari 3 malam. “Nah baru bisa itu diperas diambil airnya.”
(Baca juga: Mubaligh Inggris: Muslim Indonesia Enjoy dalam Beribadah)
Syamsul juga memberi petunjuk bagaimana dosis penyemprotannya. “Setiap tangki diberi seukuran 2 gelas air minum. Lalu disemprotkan, baik ada maupun tidak ada penyakit. Tujuannya untuk mencegah penyakit. Pada masa setelah tanam dan sebelum panen,” jelasnya.
Kepala Sekolah Mohamad Su’ud, dalam pengantar seminar, menyampaikan bahwa salah satu program utama SNAKMA adalah berkampanye untuk memberikan penyadaran masyarakat kembali ke organik secara murah. “Caranya dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan kita.”
SMK Muhammadiyah 6 Modo memiliki 3 kompeten keahlian, yaitu Peternakan, Pertanian, dan Perikanan. (MN)