PWMU.CO– Ukuran keimanan dan ketakwaan seseorang terletak pada akhlaknya. Karena itu Rasulullah diutus ke bumi untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak paling tinggi nilainya ketika kita bisa menjaga perasaan orang lain.
Demikian disampaikan oleh Dr M. Sholihin Fanani MPSDM dalam Kajian Ahad Pagi PDM Tulungagung di Masjid Muhammadiyah Al Fatah, (6/2/2022).
”Akhlak tinggi itu tidak hanya kepada manusia, juga kepada binatang. Contoh saat kita menyembelih hewan, tidak boleh menampakkan kepada hewan lain. Alat sembelih harus benar-benar tajam untuk mengurangi rasa sakit hewan yang disembelih,” kata Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim ini.
Sholihin mengajak seluruh jamaah untuk menjaga keimanan dengan aman. Agar aman harus tahu hal apa saja yang bisa merusak iman.
Dia menjelaskan, pertama, syirik kepada Allah. Syirik bersifat langsung dengan menyembah kepada selain Allah. Namun di antara kita juga sering melakukan syirik secara tidak langsung. Misal saat menolong seseorang dengan mengatakan, ”Andai tidak saya tolong kamu akan mati” itu sudah merupakan syirik.
Kedua, berbuat tahayul. Semisal percaya kepada angka-angka. Penggunaan angka 13 yang dianggap sebagai nomor sial. ”Rumah saya nomor 10, sebelah saya nomor 12A, yang sebenarnya adalah nomor 13. Berhubung disewakan tidak laku maka diubah nomor 12A,” katanya.
Ketiga, sifat iri dan dengki. Contoh, ada temannya mendapatkan kebaikan merasa tidak nyaman. Orang seperti ini tidak percaya takdir Allah bahwa manusia mempunyai takdir kehidupan masing-masing. Kita hanya disuruh berusaha dan memohon pertolongan Allah.
Keempat, orang yang suka berbohong. Banyak orang beriman dan beribadah namun tidak menjaga sikap dan perilakunya.
Lalu, sambung Sholihin, bagaimana menjaga iman dengan aman? Menurut dia, pertama dengan amal saleh. ”Perbanyak amal dalam kehidupan ini. Jadikan perbuatan kita merupakan solusi dari kehidupan. Di mana pun tempatnya jika orang tersebut selalu memberi solusi dari kehidupan bisa dipastikan amal perbuatannya baik,” ucapnya.
Kedua, muhasabah diri. Karena tidak ada orang sempurna. semuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan. Jika sudah mengetahui kejelekan maka segera tinggalkan untuk memperbaiki diri. Cara muhasabah adalah dengan melihat diri kita yang penuh kekurangan dan melihat orang lain punya segala kelebihannya.
”Sebaik-baiknya orang pasti mempunyai kejelekan, tapi sejelek-jeleknya orang pasti mempunyai kebaikan,” lanjutnya.
Ketiga, muqarabah. Setiap perilaku kita selalu diawasi oleh Allah swt sehingga dalam berhubungan dengan sesama manusia diniatkan beribadah dan dilaksanakan dengan tanggung jawab.
Keempat, amanah. Orang hidup harus bisa dipercaya. Jangan sampai kita tidak bisa dipercaya. Jangan suka berbohong. Jika bohong pasti akan rusak keimanan kita. ”Jika saya dimintai uang istri, saya pasti akan bilang, insyaallah ada uang walaupun tidak punya. Karena saya percaya ucapan adalah doa,” ucapnya.
Kelima, niat. Ini menjadi elemen penting karena semua hal yang akan kita lakukan dalam kehidupan kita. Karena niat pula menentukan besar dan kecilnya pahala yang akan kita dapatkan. Andai bisa semua kita niatkan dengan niat ikhlas, maka ikhlas harus dilatih setiap hari. Itulah ukuran keimanan seseorang yang disampaikan dalam kajian PDM Tulungagung. (*)
Penulis Hendra Pornama Editor Sugeng Purwanto