PWMU.CO– Bermuhammadiyah itu tidak beda dengan berislam. Setiap diri kita berhak memilih agama yang kita anut, namun jika sudah memilihnya, wajib mengikuti aturannya.
”Tidak ada yang memaksa kita untuk memeluk Islam, tetapi ketika sudah memilih Islam maka kita terikat dengan aturan dan nilai-nilai Islam,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatulloh MSi mengisi kajian pimpinan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Porong, Ahad (6/2/2022).
Acara kajian ideologi Muhammadiyah ini bertempat di TK ABA 1 Porong Sidoarjo. Juga hadir pimpinan dari PCM dan Organisasi Otonom Muhammadiyah Cabang Porong seperti Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah.
Sama halnya dengan bermuhammadiyah, sambung dia, tidak ada yang memaksa kita untuk masuk Muhammadiyah, tetapi ketika sudah bergabung di Muhammadiyah, maka kita dituntut untuk memahami dan melaksanakan nilai-nilai dan aturan di dalam Muhammadiyah.
Dalam bermuhammadiyah, ujar Hidayatulloh, perlu mengetahui dan memahami Muhammadiyah secara utuh. Perlu mengetahui, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai (Islam) yang diyakini dan diperjuangkan Muhammadiyah.
”Muhammadiyah itu harus dipahami dari dua sisi sekaligus, yaitu Muhammadiyah sebagai organisasi (Persyarikatan) dan Muhammadiyah sebagai gerakan (Harakah),” ujar Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu.
Sebagai organisasi, lanjutnya, Muhammadiyah itu menghadirkan dirinya dalam sebuah sistem yang teratur. ”Tersistem artinya adanya kesatuan Muhammadiyah mulai dari pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting. Di masing-masing tingkatan juga ada organisasi otonom, majelis dan lembaga. Masing-masing merupakan sub sistem dan tidak bisa melepaskan diri dari sistem besar Muhammadiyah,” tandasnya.
Selain tersistem, Muhammadiyah sebagai organisasi menunjukkan keteraturan. ”Dalam upaya menjaga keteraturan itu maka di dalam Muhammadiyah banyak aturan yang harus dipatuhi oleh pimpinan, penyelenggara, dan pelaksana usaha Muhammadiyah di berbagai tingkatan” terangnya.
Hidayatulloh melanjutkan, sebagai gerakan, Muhammadiyah senantiasa bergerak terus maju ke depan. Gerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah senantiasa menghasilkan perubahan ke depan. Dalam arti berkembang dan meningkat. Atas dasar itu Muhammadiyah mengalami perkembangan yang luar biasa di dalam dan luar negeri.
”Maka pastikan diri ini menjadi bagian dari sistem Muhammadiyah itu yang mau mengikuti aturan Muhammadiyah dan menjadi bagian dari orang-orang yang memainkan peran dalam berbagai aktivitas yang melahirkan perbaikan dan peningkatan di berbagai bidang,” paparnya.
Dia menegaskan, ada hal yang sangat mendasar yang menjadikan Muhammadiyah bisa tumbuh berkembang luar biasa dan seakan gerakannya tidak bisa berhenti.
Hal yang sangat mendasar itu adalah nilai-nilai ideologi Muhammadiyah yang terhimpun di dalam (1) Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, (2) Kepribadian Muhammadiyah, (3) Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, (4) Khittah Perjuangan Muhammadiyah, (5) Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dan (6) Pernyataan Muhammadiyah Abad Kedua.
Kualitas Orang Muhammadiyah
”Jika menyatakan diri bermuhammadiyah wajib memiliki kualitas orang Muhammadiyah, seperti memiliki sifat terpuji, berani memulai sesuatu yang baru, terbuka atas perubahan positif dan berani mengubah sesuatu yang salah menjadi benar dan berjuang untuk mempertahankan kebenaran,” tegasnya.
Karena itu, ujar dia, jadi orang Muhammadiyah tidak boleh diam baik secara pribadi maupun kolektif. Ikhlas dalam beribadah dan berjuang. Sedikit bicara, banyak bekerja dan beramal. Mampu menghadapi dan melampaui rasa sakit dan mampu memanfaatkan dan mentransendenkan kesulitan dan penderitaan.
Mengakhiri penyampaian materinya, Rektor Umsida Hidayatulloh menuturkan, menjadi orang Muhammadiyah harus mampu menerjemahkan Quran dan sunnah ke dalam tindakan nyata. Memiliki prinsip dan pegangan hidup yang jelas dan kuat. Memiliki kesadaran diri (self awareness) yang tinggi, serta mampu memahami pekerjaan dan aktivitasnya dalam bingkai yang lebih luas dan bermakna.
Penulis Dian Rahma Santoso Editor Sugeng Purwanto