PWMU.CO– Muslichah, nama sederhana ini dikenal sebagai penggerak Aisyiyah Lamongan hingga di usia tua. Orangnya tegas, pemberani, dan disiplin.
Kenangan itu melekat di benak warga Aisyiyah Lamongan kepada sosok yang wafat pada 16 Februari 2020 dalam usia 78 tahun. Ia dimakamkan di Desa Kemendung Kecamatan Tikung. Sebelum wafat sempat dirawat di RS Muhammadiyah Lamongan.
Ia berdakwah mendatangi jamaah di pelosok untuk menghidupkan kegiatan Pimpinan Ranting Aisyiyah. Naik perahu menyeberangi Bengawan Solo menuju daerah yang sangat susah ditembus lewat jalur darat.
Kalau ditulis lengkap namanya Hj Dra Muslichah MAg. Lahir di Lasem, Rembang, pada 17 Aprl 1942. Anak pasangan Nasich dan Rodiyah ini dikenal sejak kecil cerdas dan pandai berpidato.
Pendidikan dilalui dari Sekolah Rakyat. Kemudian nyantri di pondok pesantren di Solo. Lulus dari pondok kuliah di perguruan tinggi juga di Solo. Pasca sarjana ditempuh di Universitas Islam Lamongan setelah menjadi Pengawas Pendidikan di Kemenag Lamongan.
Pernah menjadi Ketua Ranting Aisyiyah Sukorejo 1985-1995. Menjadi Ketua PCA Kota Lamongan selama empat periode 1995- 2015. Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Lamongan 2000-2015. Wakil Ketua PDA Lamongan periode 2015-2020.
Dia juga aktif di organisasi kewanitaan di luar Aisyiyah seperti Dharma Wanita, Persatuan Istri Anggota DPRD Lamongan. Suaminya, HM Sudikno, anggota DPRD Lamongan.
Muslichah hijrah ke Lamongan setelah menikah dengan HM Sudikno pada tanggal 16 Maret 1959. Suaminya ini aktivis Muhammadiyah Lamongan dan politisi.
Dari perkawinannya, Muslichah dikaruniai 8 anak. 4 laki laki dan 4 perempuan. Mereka adalah Alfan Jauhari, Martin Masruro, Hamdani Azahari, Ahmad Baharsyah, Masyita Prihatini, Yuniva Indahyani, Hazar Falasita, dan Hafaz Mubarak.
Penghafal Al-Quran
Dia mubalighat penghafal al-Quran dan menguasai tafsirnya. Ditambah lagi menguasai hadits maka lengkap sudag menjadi penceramah andal.
Setelah pensiun dari Pengawas Pendidikan Kemenag Lamongan, hari-harinya dilalui dengan berdakwah. Putrinya, Hazar Falasita, menceritakan, ketika ibunya merasa sakit bisa mendadak sehat bugar kalau diajak pengajian. ”Semangat berdakwah menjadikan ibu sehat dan panjang umur,” katanya.
Hazar Falasita menyampaikan selama mendampingi ibunya ketika diundang ceramah pengajian ke desa- desa selalu menepati janji apapun kondisinya. ”Walaupun desa tempat acara banjir, ibu tetap datang dengan naik perahu menuju lokasi. Saya ikut waktu,” tutur pemilik Hotel Bogenvil ini.
Ibunya, sambung dia, selalu mengingatkan semua anaknya waktu shalat. Ia menanamkan kepada semua anak-anaknya bahwa ibadah kepada Allah swt itu nomor satu dalam kondisi susah maupun senang.
Hazar teringat di masa susah dahulu, ibunya mengutamakan anak-anaknya jangan sampai kelaparan meski dengan nasi dan tempe.
Sekretaris PDA Lamongan periode 2015-2020 Asrokah mengungkapkan, Muslichah pimpinan Aisyiyah pada periode 2015-2020 itu menjabat wakil ketua bidang tabligh.
”Bu Muslichah sangat dermawan. Kalau dimintai bantuan untuk Aisyiyah selalu terealisasi. Contoh, selalu kasih hewan kurban tiap tahun untuk cabang yang minus seperti di Desa Gebang Ngangkrik Kecamatan Bluluk,” katanya.
Uswatun Hasanah, Sekretaris Majelis Tabligh PDA Lamongan 2005-2010 menjuluki Muslichah sebagai singa betina Aisyiyah Lamongan. Orator ulung, tegas, dan pemberani. ”Ia menguasai ilmu agama yang mendalam tentang tafsir maupun hadits,” ceritanya.
Juga dikenal sebagai organisator. Sangat teliti dan tegas dalam memimpin. Sangat sayang kepada yang muda dan pintar ngemong.
Menurut Lilik Rahmah, Ketua PCA Lamongan periode 2015-2020, Muslichah menjadi ketua PCA Lamongan yang menjabat cukup lama. Sejak periode 1995-2000 sampai periode 2010-2015. (*)
Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Sugeng Purwanto