Kebermanfaatan adalah Wajah Nyata Muhammadiyah
Zainul Muslimin mengatakan sudah tidak asing lagi bahwa wajah nyata Muhammadiyah adalah kebermanfaatan. Menurut dia, Muhammadiyah akan selalu menghadirkan wajah nyata berupa kebermanfaatan.
“Amal usaha Muhammadiyah tidak lagi diragukan. Telah tersebar di berbagai penjuru dengan membawa kemanfaatannya masing-masing. Agar semua memberi manfaat, semua harus terukur,” tambahnya.
Memaksimalkan potensi AUM, sambungnya, dapat menjadi modal dalam percepatan pemberdayaan.
“Sekarang sudah tidak asing dengan pembelajaran daring. Dalam hal yang sama, sekarang sudah berkembang digital fundraising, mengkomunikasikan Lazismu melalui YouTube maupun media sosial sekolah dapat menjadi kekuatan yang harus dimaksimalkan,” paparnya.
Dia mengaskan, dalam menjalankan kebaikan, semangat dan keyakinan akan keberhasilan harus terus dijaga. “Kunci sukses itu mudah, resepnya langsung dari Allah. Yaitu Surat al-Mukminun ayat 1 sampai 12,” terangnya.
Menurutnya, kesukaan harus dilandaskan atas keyakin kepada Allah. Apalagi dalam menjalankan langkah-langkah yang akan memberikan jejak kebermanfaatan. Maka itulah yang akan memperbesar dakwah kita.
“Allah akan mengantarkan kesuksesan dakwah kita karena aksi yang sudah kita lakukan jauh dari hal-hal yang buruk,” ungkapnya.
Tidak Realistis pun Menjadi Nyata
Pengembangan AUM adalah aksi konkret dalam upaya memberi manfaat seluas-luasnya. Maka sudah sepatutnya keraguan-keraguan untuk melangkah ke arah tersebut tidak menjadi kegalauan. Zainul Muslimin mengatakan, yang tidak realistis pun bisa menjadi nyata.
“Jangankan target yang realistis, yang tidak realistis sekalipun bagi Allah tidak ada sesuatu yang mustahil,” tegasnya.
Ketidakmustahilan itu harus diikuti keseriusan, lanjut Zainul memaparkan. “Permintaan yang serius harus diikuti dengan kepatutan. Karena sejatinya tidak ada doa yang tidak diijabah oleh Allah,” lanjutnya.
Tidak cukup hanya melakukan banyak usaha kebaikan, tetapi kekuatan shalat menjadi penguat keterkabulan doa. “Shalat menjadi alat utama dalam mengingat Allah. Orang yang lupa kepada Allah maka dia lupa dengan diri sendiri,” tuturnya.
Maka, ujarnya, harus ada keseimbangan hati, langkah, dan keyakinan akan kebesaran Allah dalam usaha mengembangkan AUM.
Di penghujung penyampaiannya, Zainul Muslimin sekali lagi memberikan penegasan bahwa tidak ada yang tidak mungkin.
“GKB bukti bahwa Muhammadiyah berdaya,” tutupnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni