Kekayaan Dihamparkan
Rasulullah justru khawatir jika kekayaaan itu dihamparkan dengan kalimat beliau: walaakin akhsya ‘alaikum an tubsatha ‘alaikumuddun ya. Justru yang aku khawatirkan adalah dihamparkannya atas kalian harta dunia. Karena harta dunia ini yang kemudian menjadikan rusaknya kaum terdahulu. Mereka tidak mau taat kepada Allah dan hanya sibuk dengan urusan duniawinya. Bahkan di antaranya dalam rangka mendapatkan harta duniawinya itu tidak lagi peduli dengan cara yang halal atau haram.
Banyak di antara manusia itu ketika mereka diberi kekayaan mereka merasa memiliki kekuasaan, akibat berikutnya adalah mereka menjadi sombong dan seringkali berbuat yang diluar pertimbangan agama.
Seolah kekayaan itu merupakan kasih sayang Allah tercurah padanya dan karena kehebatan dirinya yang luar biasa. Padahal kekayaan itu amanah yang nantinya pasti akan dimintai pertanggungjawaban, dari mana mendapatlannya dan untuk apa dipergnakannya?
Setiap hamba wajib berikhtiar atau berusaha dalam mengais rezeki dari Allah, sekalipun Allah telah memberikan jaminan akan rezeki bagi setiap hambaNya. Dengan ikhtiar itulah Allah akan mengaruniakan rezeki itu kepada hamba-hamba-Nya.
Allah yang Menggerakkan
Seorang hamba yang berikhtiar dengan membuka toko kelontong misalnya, maka ia setiap harinya hanya menunggu pembeli yang datang ke tokonya untuk bertransaksi. Pertanyaannya adalah: siapakah yang menggerakkan hati seseorang untuk datang membeli barang dari toko tersebut?
Tentu Allah yang menggerakkan hati mereka sehingga toko tersebut menjadi laris manis. Begitulah cara Allah memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya. Jadi tidak ada kehebatan diri sedikitpun dalam diri ini kecuali semua itu karena pertolongan Allah Subhanahu wa Taala.
Tentu sebagai pelengkap dalam ikhtiar itu di antaranya harus memberikan layanan yang baik dan juga barangkali harga yang lebih murah dari lainnya. Semua itu merupakan amanah bagaimana setiap hamba menyikapi akan karunia Allah yang diberikan kepadanya.
Demikian pula seorang pengusaha sukses lainnya dalam bidang atau produk tertentu. Semua itu pada hakikatnya adalah pertolongan Allah kepadanya. Rasulullah mewanti-wanti agar dengan kekayaan itu jangan sampai seseorang lupa diri dan merasa hebat dan sombong kepada hamba-hamba Allah lainnya.
كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. (al-Alaq: 6 -7)
Baca sambungan di halaman 3: Wara’ dan Zuhud
Discussion about this post