![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/02/WhatsApp-Image-2022-02-11-at-19.06.12.jpeg?resize=944%2C619&ssl=1)
Wara’ dan Zuhud
Kaya dan miskin keduanya adalah ujian dari Allah untuk mengetahui siapa hamba yang bersyukur dan siapa hamba yang sabar atau sebaliknya. Bagi seorang Mukmin, bersikap wara’ dan zuhud merupakan wujud dari keimanannya itu.
Di antara para ulama berpendapat bahwa zuhud itu lebih tinggi dari wara’. Wara itu didefinisikan dengan taraka maa yadlurru yakni meninggalkan apa yang membahayakan, khususnya dalam hal ini adalah dalam kepentingan kehidupan di akhiratnya.
Sedangkan zuhud didefinisikan dengan taraka ma lanfa’u yakni meninggalkan apa yang tidak bermanfaat, khususnya dalam hal ini adalah dalam kepentingan kehidupan di akhiratnya. Setiap zahid yakni orang yang zuhud selalu wara’ dan seorang yang wara’belum tentu zahid.
Dunia hanya sementara, akhirat itu selamanya. Seyogyanya seorang Mukmin itu tetap bersikap wajar dengan apa yang dititipkan oleh Allah kepadanya.
Bukanlah kekayaan itu tanda kemuliaan seseorang dari Allah. Dan bukanlah kefakiran itu tanda kehinaan seseorang dari Allah, keduanya tidak memiliki hubungan sama sekali.
Maka jika ada orang yang kaya lalu merasa dirinya hebat dan sombong, hal itu menunjukkan bahwa ia tidak memahami akan hakikat kekayaan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Wallahu ‘alam bishshawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Bukan Kefakiran yang Dikhawatiran Nabi pada Umatnya adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 11 Tahun XXVI, 11 Januari 2022/10 Rajab 1443
Discussion about this post