PWMU.CO– Alergi dingin menyerang peserta Rapat Koordinasi Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Surabaya. Musim hujan dengan suhu 23 derajat, peserta sudah bangun pada pukul 03.15 untuk shalat Tahajud.
Rakor PDA Kota Surabaya berlangsung di Trawas Mojokerto, Sabtu-Ahad (12-13/2/2022). Acara diikuti oleh semua pengurus majelis dan lembaga.
Ada peserta yang alergi dingin sehingga bersin berkali-kali dan batuk. Juga ada yang biduran ditandai bintul-bintul di kulit lengan dan badan yang terasa gatal. Gangguan itu tidak mengurangi kekhusyukan shalat.
Salah seorang peserta yang alergi dingin sampai bersin-bersin adalah Ketua Lembaga Kebudayaan (LK) Muliana. Semual dia memilih shalat tahajud di kamar karena khawatir bersinnya mengganggu kekhusyukan jamaah. Setelah mengetahui ternyata dia tidak sendirian alergi dingin, dia akhirnya ikut bergabung.
Ketua Majelis Tabligh PDA Tsuwaibah Aslamiyah menjelaskan jumlah rakaat shalat tahajud sesuai sunnah. ”Paling utama sebelas rakaat, termasuk tiga rakaat shalat witir,” katanya.
Pelaksanaan shalat, sambung dia, dapat dilakukan 4+4+3. Artinya 4 rakaat dua kali shalat tahajud diakhiri 3 rakaat shalat witir. Bisa juga model 2+2+2+2+3. Yaitu 2 rakaat empat kali untuk shalat tajahud ditambah 3 rakaat shalat witir. Shalat witir bisa dikerjakan 3 rakaat langsung. Bisa juga 2 rakaat dan 1 rakaat.
Shalat Tahajud berjalan khusyuk hingga shalat Subuh. Setelah mendengarkan kultum peserta istirahat di kamar lagi.
Senam Kewer-kewer
Sinar pagi membuka pemandangan indah Trawas. Peserta pun keluar kamar menuju depan kolam renang Hotel New Star. Diawali pemanasan dan senam aerobik dengan iringan musik yang rancak. Gerakan tangan dan kaki menjadikan badan menghangatkan dengan senam kewer-kewer.
Setelah senam dilanjutkan outbound. ”Silakan membagi diri menjadi tiga kelompok. Sebutkan nama kelompoknya dan buat yel-yel yang seru dengan gerakan heboh ya!” kata Yayuk, anggota Majelis Kader yang memimpin outbound.
Yel pun bergemuruh pagi itu. Siapa kita? Aisyiyah! Aisyiyah? Berkemajuan! Sedang apa kita? Bersenang-senang!
Permainan dimulai. Memindahkan piring berisi tepung dan memindahkan karet gelang dengan sedotan. ”Permainan ini membutuhkan kerja sama dan kekompakan antar kelompok, siapa yang lebih dulu menyelesaikan permainan dan berhasil mengumpulkan karet terbanyak dialah pemenangnya,” jelas Yayuk.
Tidak terlalu sulit permainan memindahkan karet dengan sedotan. Namun butuh konsentrasi agar bisa menyelesaikan dengan baik permainan yang sudah disediakan.
Permainan memindahkan piring berisi tepung jadi permainan yang seru. Sebab badan dan pakaian berlabur tepung. Usai permainan usai mereka menyiram badan dengan air. Setelah itu langsung menceburkan diri di kolam renang.
Mereka yang bisa berenang tanpa menunggu lama langsung bergerak dan beraksi menguasai kolam berdiameter 50 m. Sedangkan yang tidak bisa berenang berpuas diri berendam dan bermain air.
”Usia tak menjadi halangan untuk bahagia,” begitu ungkapan Bu Mardiyah (75), pimpinan Aisyiyah tertua Kota Surabaya yang ikut gembira menyaksikan peserta rakor asyik bercanda di kolam renang. (*)
Penulis Tri Eko Sulistiowati Editor Sugeng Purwanto