PWMU.CO– Ayat mutasyabihat al-Quran muncul dalam diskusi kuliah online sesi kelima yang diselenggarakan oleh International Institute of Islamic Thought, Senin (14/2/2022).
Kuliah online disampaikan oleh Prof Dr Eka Putra Wirman Lc MA membawakan tema kuliah berjudul Teologi Islam dan Wacana Kontemporer.
Menurut Prof Eka, mutasyabihat ini tentu berbeda dengan muhkam atau ayat almuhkamat, ayat-ayat yang sudah jelas maksudnya dan tidak mungkin ada maksud lain dari ayat tersebut dan biasanya berkaitan dengan hukum dengan hal-hal yang dilakukan setiap hari.
”Ayat mutasyabihat memerlukan penjelasan di luar zahir ayat tersebut karena zahir ayat mengandung makna-makna yang banyak sekali, yang bisa ditangkap dari ayat-ayat tersebut dan posisi makna-makna itu setara dan seimbang,” papar suami dari dr Hj Erwi Saswita SpTHT-KL ini.
Maka, sambung Eka, kemampuan ulama-ulama kita untuk menemukan mana yang lebih cocok ayat mutasyabihat ini, pengertiannya, mana yang lebih cocok dengan ayat-ayat muhkam. Itu yang diambil.
Menurut Eka, ayat-ayat mutasyabihat hanya ulama yang mampu memberikan definisi atau klasifikasi terhadap ayat-ayat ini, karena sebagai orang awam tentu kita tidak punya kemampuan untuk menentukan hukum, menentukan apakah ayat ini masuk kategori muhkam atau mutasyabih.
Menjawab pertanyaan, apakah ayat Mutasyabihat dan mubham, maknanya tidak jelas sehingga untuk memahaminya diperlukan dalil lain, menandakan orang Arab illeterate, tidak dapat tulis baca? Apakah adanya ayat mutasyabih menandakan orang Arab masuk kategori jahiliyah atau tidak pandai baca tulis?
Dengan lugas Eka memberikan jawaban,”Saya rasa tidak seperti itu dan jauh sekali karena tidak ada kaitannya antara tidak pandai menulis dan membaca dengan keberadaan ayat-ayat muhkam dan mutasyabih itu di dalam al-Quran,” urai pria yang juga dosen Program Pascasarjana IAIN Bukittinggi ini.
Eka menjabarkan, al-Quran tidak terpengaruh oleh keadaan bangsa Arab saat itu. Al-Quran diturunkan jauh sebelum bangsa Arab itu ada. Al-Quran itu ada jauh sebelum bangsa Arab itu ada dan al-Quran sendiri yang mengatakan bahwa di dalam al-Quran itu ada ayat-ayat yang muhkam dan ada ayat-ayat yang mutasyabihat.
”Jadi tidak berkaitan antara Arab yang illeterate itu dengan adanya ayat muhkam dan mutasyabih,” tegasnya.
Menurut Eka, ada lima hikmah ayat mutasyabihat dalam al-Quran mengutip pendapat Imam al-Zarkasyi dalam al-Burhan.
Pertama, memperlihatkan keutamaan ilmu dan mendorong perkembangan ilmu. Kedua, jika mungkin diketahui maknanya maka faedahnya adalah sebagai dorongan untuk memfungsikan pikiran mencari rahasia di balik mutasyabihat.
Ketiga, jika tidak diketahui maknanya, maka faedahnya adalah sebagai ujian keimanan dan keyakinan kepada Allah subhanahu wa taala. Keempat, sebagai tantangan kepada orang-orang yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari untuk membuat seperti al-Quran.
Kelima, mendorong umat untuk berpikir dan menemukan solusi dari persoalan yang dihadapi serta untuk mendatangkan keyakinan bahwa tidak ada pertentangan di antara ayat-ayat Allah swt. (*)
Penulis Mohamad Su’ud Editor Sugeng Purwanto