Beda Opini dengan Berita
Merespon rasa penasaran para relaban—julukan lain kontributor PWMU.CO—yang hadir menyemarakan roadshow putaran pertama ini, Biyanto juga memaparkan perbedaan antara berita dan opini.
Dia menyampaikan menulis berita menggunakan konsep piramida terbalik. Lead-nya mengandung informasi umum, kemudian sedikit demi sedikit pembaca diajak ke bahasan yang lebih fokus. Di dalam penulisan berita dilengkapi dengan narasi penjelasan dan informasi-informasi sampai benar-benar bisa diakhiri.
Sedangkan dalam menulis opini konsepnya dengan model belah ketupat. Ada pendahuluanya, lalu dilengkapi dengan referensi. Dibumbui dengan kasus-kasus secara lengkap yang meliputi siapa, di mana, dan kapan peristiwa terjadi. Lalu diperkuat dengan isi gagasan.
Lalu diberikan tawaran-tawaran konsep pelaksanaan ini dari gagasan yang diungkapkan. “Anda pingin mengemukakan apa dalam tulisan opini itu. Jangan tulisan itu diakhiri dengan tanda tanya. Yang baik itu pembaca memperoleh solusi atau kesimpulan dari apa yang kita tulis,” terangnya dengan gamblang.
Pada kegiatan yang penuh dengan doorprize dan aneka ragam makanan khas daerah itu, Biyanto juga menegaskan empat hal yang harus diperhatikan sebagai seorang penulis opini.
Empat Rambu-Rambu
Pertama, tidak ada plagiasi. Untuk menghindarinya, maka seorang penulis harus melakukan parafrase dan menyebutkan sumbernya.
Pernah ada temuan oleh PWM, satu tulisan sama dimuat di beberapa media. “Nah ini yang tidak boleh,” tuturnya.
Kedua, tidak perlu menggunakan ghostwritter. Fenomena penulis hantu itu semakin banyak. Misalnya seorang gubernur menjadi penulis hebat. “Bagaimana dia sempat menulis, wong guru saja tidak sempat menulis apalagi gubernur?” sindirnya yang disambut tertawa dan tepuk tangan para peserta
“Tiap pekan, bulan bisa melahirkn tulisan. Nah ini bukan suudzan takutnya menggunakan ghostwritter,” tambahnya
Karena itu dia berpesan: “Menulislah sejadi-jadinya hasil kerja tulisan sendiri. Jangan manfaatkan ghostwritter karena biayanya juga mahal selain taruhan kejujujuran.”
Ketiga, periksa tulisan dan bila perlu minta orang lain membaca.
Keempat, konsekuensi hukum ditanggung penulis. Biyanto mewanti-wanti agar para kontributor ini berhati-hati dalam menulis di media cetak apalagi media digital. “Belajar dari kasus berita kembar Anggito Abimayu. Dia terpaksa mundur dari PNS dan sebagai Dirjen gara-gara tulisan kembar di Kompas. Oleh karena itu kita mesti hati-hati,” pesannya.
Pada akhir sesi penyampaian materinya, Biyanto mengapresiasi kegiatan PWMU.CO dan mengucapkan selamat milad ke-6. “Atas nama PWM Jawa Timur, kami mengapresiasi kegiatan PWMU.CO milik Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jatim yang digawangi oleh Drs Sugeng Purwanto dan Drs Mohammad Nurfathoni. Selamat milad dan semoga sehat semuanya,” ucapnya yang disambut tepuk tangan seluruh peserta di lantai dua Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Lamongan itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni