PWMU.CO – Ketika mengedit tulisan ternyata bisa menaikkan tensi darah. Itu diceritakan oleh Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Sugeng Purwanto dalam sambutan pembukaan Roadshow Milad PWMU.CO di Lamongan, Sabtu (19/2/22) pagi.
Sugeng Purwanto mengatakan, mengelola media online PWMU.CO ini penuh dengan dinamika. Di antaranya kalau di media cetak komunikasi antara wartawan dengan editor dilakukan secara tatap muka, tetapi di PWMU.CO ini komunikasi lewat WA.
“Sebagai editor harus sabar. Kadang-kadang berita yang dikirimkan kurang lengkap, maka harus mengomunikasikan ke penulis untuk tambah data, ternyata tidak semua kontributor merespon cepat sehingga upload berita tertunda. Sudah begitu ada yang bolak-balik tanya kapan beritanya dimuat,” ujar SGP, sapaan akrabnya.
Dia memaparkan, dinamika suasana newsroom virtual di PWMU.CO itu kadang lucu, bikin gemes, geregetan, dan juga muncul salah paham ketika membaca postingan WA. “Saya yang suka pakai bahasa lugas, to the point, tanpa basa-basi sering disalahpahami sedang nyeneni. Sampai-sampai ada kontributor yang ngirimi tes psikologi kepribadian atau menyarankan WA-nya pakai emoticon tertawa supaya dipahami waktu menulis itu sedang senang hati,” tuturnya.
“Ada juga teman yang ngrasani saya, SGP itu loh kontributor wis gak dibayar diseneni terus,” selorohnya yang mengundang tawa hadirin. “Apa yang dikatakan orang, kontributor diseneni itu ternyata mereka setia terus mengirimkan tulisan dan tulisannya semakin bagus. Itu artinya senenan itu bukan masalah serius.”
Dia juga memaparkan sebagai editor media online itu telah mengubah hidupnya. Dulu dia bekerja di Harian Surabaya Post, ada deadline pukul 12 siang. Wartawan kerja keras mulai pagi sampai jam deadline selesai. Setelah itu bisa santai cari berita atau ngedit berita.
“Berbeda media online, tidak ada jam deadline. Tiap berita masuk harus diedit dan upload. Kalau tidak dikerjakan bakal menumpuk. Jadi bekerja nyaris 24 jam. Tengah malam masih mengedit berita, habis Subuh juga ngedit lagi. Bahkan Hari Raya tetep ngedit padahal media lain prei kabeh,” ujarnya lagi.
Belum lagi menghadapi berita-berita kontributor yang sudah berkali-kali diingatkan menyusun kalimat yang logis, ejaan yang benar, sampai soal remeh titik koma tapi tetap saja mengulangi kesalahan sama. Ini bisa bikin emosi dan stres. “Dulu saya ini tekanan darah rendah, sekarang tekanan darah saya naik menjadi 150-an,” ungkap SGP yang membuat suasana ruangan tertawa.
Sekolah Menulis
Sugeng Purwanto mengungkapkan PWMU.CO mempunyai keistimewaan sebagai sekolah menulis. Para kontributor tiap hari dibina belajar menulis secara online lewat WA. Juga lewat pelatihan tatap muka secara berkala. Sehingga kontributornya sekarang pandai menulis dan berani mengisi pelatihan jurnalistik. Tidak semua media online mau membina seperti ini. Banyak media online tulisan langsung di-upload tanpa editing sehingga bahasanya kacau.
Mantan wartawan Surabaya Post ini mengungkapkan PWMU.CO sekarang mempunyai kontributor lebih dari 400 orang. Ini juga keistimewaan yang menjadi unggulan.
“Kontributor itu bukan saja berasal dari Jawa Timur, tetapi juga dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan juga Kalimantan,” tuturnya di hadapan 100 kontributor PWMU.CO dari Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Mojokerto, Madura, Jombang, Tuban yang bertemu di Gedung Dakwah Muhammadiyah Lamongan.
Dia berharap, PWMU.CO dapat menjadi media online yang mandiri di sisi finasial. Mampu menghidupi operasional media dengan iklan sehingga perlu ada tim marketing yang mempunyai tugas mencari iklan.
“Bukan iklan dari Google yang terkadang nyelonong masuk tidak sesuai dengan misi PWMU.CO, seperti iklan obat kuat yang kalimat dan gambarnya vulgar itu,” katanya. (*)
Penulis M Faried Achiyani. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.