PWMU.CO– Kotak obat khusus menjadi cara memantau pasien TB (Tuberkolusis) tidak putus obat selama perawatan. Cara itu dikenalkan RS Muhammadiyah Gresik untuk memantau pasien TB.
Hal ini disampaikan Wakil Direktur Medis RS Muhammadiyah Gresik dr Farida Nur’aini SpK dalam MPKU Bincang TB #9 melalui kanal YouTube MPKU PP Channel, Selasa (22/2/2022).
”Ada satu lemari khusus untuk obat pasien TB. Nah, kotak obat khusus pasien TB itu di simpan di sana. Jadi kami bisa pantau jika ada pasien yang tidak kembali atau lama tidak datang ke rumah sakit,” ujar Farida.
Dari pemantauan itu, sambung Farida, pasien dapat dilacak, misalnya memang sudah meninggal, pindah kota, atau mangkir.
Menurut dia, kemungkinan pasien tidak menyelesaikan pengobatan ada, RS Muhammadiyah Gresik juga selalu memotivasi pasien untuk kontrol dan perawatan teratur di poli TB. ”Ini merupakan bagian dari upaya vertikal RS Muhammadiyah dalam mengobati dan merawat pasien TB dengan efektif,” tuturnya.
Selain cara vertikal atau pengobatan di rumah sakit, RS Muhammadiyah Gresik juga berupaya untuk menemukan kasus TB sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya dengan langkah horizontal. Yakni, dengan menemukan atau skrining suspek TB yang banyak dan baik, atau mengejar kualitas dan kuantitas melalui jejaring dengan kader Aisyiyah.
Farida menjelaskan, selama pandemi Covid-19, jejaring ini sempat tertunda. Namun akan diaktifkan kembali dengan memberikan pelatihan bagi 100 kader Aisyiyah agar dapat melakukan skrining TB.
”Jadi kader Aisyiyah ini diberikan pengetahuan mengenai TB, komunikasi efektif, sehingga dapat melakukan deteksi dini TB,” imbuh Farida.
Proses skrining awal di rumah sakit dapat dilakukan di IGD maupun rawat jalan. Pertama dengan diberikan lembar TB bagi pasien yang memiliki gejala batuk, pilek, demam, penurunan berat badan, hingga nyeri dada. Akan tetapi karena gejala tersebut mirip dengan Covid-19, biasanya akan dilakukan penapisan, yakni melalui tes darah lengkap dan antigen atau PCR.
Jika hasil tes PCR positif, pasien diduga terinfeksi Covid-19 akan dirawat sesuai kondisinya. Sedangkan jika hasilnya negatif, pasien juga akan diperiksa riwayat komorbid seperti diabetes melitus, dan melakukan tes lanjutan di antaranya tes cepat molekuler (TCM) dan thorax foto.
”Sehingga tes berjalan simultan. Adakalanya antigen pasien positif dan TCM juga menyimpulkan adanya bakteri tuberkulosis, jadi pasien menderita dua penyakit, TB dan Covid-19,” kata Farida.
RS Muhammadiyah Gresik berkomitmen untuk meningkatkan angka temuan pasien TB dan memberikan pengobatan dan perawatan terbaik.
”Langkah-langkah horizontal dan vertikal yang kami lakukan di RS Muhammadiyah Gresik, semoga menjadi ikhtiar yang bisa membantu Indonesia bebas TB 2030,” tutup Farida.
Tak lupa, Farida menutup MPKU Bincang TB#9 dengan salam khas, TOSS TB, yang merupakan akronim temukan, obati sampai sembuh. (*)
Editor Sugeng Purwanto