Fakta itu membuat bangsa Barat mencari cara agar bisa memanfaatkannya. “Maka ditawarkan pemberian beasiswa pada mahasiswa-mahasiswa dengan asumsi nanti bisa mem-back up semua kebijakan Barat. Tidak ada sesuatu yang gratis,” ungkapnya.
Hal ini, ujar Jainuri, makin melemahkan posisi umat Islam untuk menjadi jongos seumur hidup bagi pemegang kapital. “Seharusnya kita bisa belajar dari Dubai yang selalu menjadi juragan di negerinya sendiri.”
(Baca juga: Agar Ketimpangan Kepemilikan Tanah Tak Makin Lebar, Ini yang Harus Dilakukan Umat Islam)
“Faktor ketiga adalah potensi yang esensial yaitu keteguhan pada nilai-nilai Islam. Apalagi kalau dikaitkan dengan ajaran jihad. Betapa takutnya mereka,” jelas penulis buku Ideologi Kaum Reformis ini.
Terakhir, adalah soal pengalaman masa lalu. “Cerminan historis itu memberikan bekas yang mendalam kalau disentuh akan membangkitkan nasionalisme pada diri umat Islam.”
Jainuri mengatakan, stigma atau image bahwa masyarakat Muslim identik dengan kekerasan adalah bikinan Barat untuk melemahkan mental umat Islam.
“Teror-teror yang diarahkan ke umat Islam dengan rekayasa massif agar jargon Islamophobia itu membekas secara komunal harus dilawan dengan ilmu dan kecakapan strategi internasional yang mumpuni. Yaitu melalui pembiasaan bahasa internasional dan menumbuhkan semangat hijrah yaitu penguatan ke dalam dan juga keluar.”
(Baca juga: Bersama Jutaan Umat, 2 Rektor Ini juga Turun Gunung Ikut Aksi 212)
Jainuri juga mewanti-wanti agar umat Islam Indonesia berhati-hati saat ini. “Terlebih di era rezim sekarang yang selalu menggunakan politik pecah belah. Maka masyarakat dituntut untuk semakin peka agar tidak terjebak berulang kali,” pesan Jainuri. “Ya semua bisa dilakukan dengan mau membaca.”
Pria asal Lamongan itu mengambil contoh negara hebat seperti Jepang dengan teknologinya. Begitu juga Cina. Sementara India dengan skill-nya. “Bagaimana Indonesia?” tanyanya.
“Banyak yang harus diperbaiki,” kata Jainuri. “Selain ekonomi juga pendidikan.” Jainuri mengingatkan, “Kita ini naif. Mau saja dibodohi Barat melalui berbagai media yang telah berhasil membentuk kepribadian sebagian anak bangsa.” (Uzlifah)