PWMU.CO – Sejak dilaunching pada 25 Desember 2016 lalu, Roti Maida berhasil menyita perhatian publik. Selain dilaunching oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, produk ini juga diapresiasi oleh banyak tokoh. Tidak ketinggalan, pemesanan untuk produk baru ini juga terbilang membanggakan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir pun ikut angkat bicara. Ditemui PWMU.CO di Malang (10/1) dia mengapresiasi produk Maidah. “Ini kita apresiasi sebagai upaya ikhtiar mendongkrak pilar ketiga Muhammadiyah untuk masuk pada ranah ekonomi,” ujarnya.
(Baca juga: Di Surabaya, Spirit Al Maidah 51 Bangkitkan Ekonomi Jamaah: Roti Maida Diluncurkan)
Kepada media Muhamamdiyah Jatim ini, Haedar juga menyatakan rasa optimistisnya jika produk Maida ini akan berkembang secara signifikan dan mampu bersaing dengan produk lainnya. Sebab, kata Haedar, etos kerja warga Persyarikatan dalam mengembangkan amal usaha memang cukup menjanjikan.
“Karena orang-orang Muhammadiyah, jika sudah berkeinginan kuat dan berazam, insyaallah akan berhasil.”
Bagi Haedar sendiri, kehadiran Roti Maida sesungguhnya adalah salah satu best praktice yang memperkuat putusan Muktamar ke-46 di Makassar dalam membangun kemandirian dan memajukan ekonomi.
(Baca juga: Din Syamsuddin Berharap Roti Maida Produk Muhammadiyah Surabaya Jangkau Seluruh Pelosok Negeri)
“Ini adalah penguatan hasil muktamar dengan spirit membangun kemandirian untuk memajukan ekonomi,” tambah Haedar kepada Media Muhammadiyah Jatim ini.
Terkait dengan kehadiran Maida yang berawal dari kontroversi aksi Bela Islam III, 212, 12 Desember tahun kemarin, Haedar meminta agar romantisme ini segera dilupakan. “Hendaknya produk ini dikemas dengan konsep jangka panjang dan jangan selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa Desember kemarin.”
Produk Maida, tambah penulis buku ‘Islam Syariat’ ini, harus bisa dibingkai dengan misi dan tujuan Muhammadiyah.
(Baca juga: Klarifikasi Roti Maida: Kami Tak Pernah Gunakan Bungkus Bertuliskan “Qur’an Surat Al Maidah 51”)
“Karena ini membenarkan tesis dari Alwi Shihab bahwa Muhammadiyah-lah yang mampu membentengi misionaris dari penggerusan aqidah dengan cara-cara yang elegan, bersaing dengan memberikan produk-produk unggul kepada umat,” pungkas Haedar. (paradis)