PWMU.CO– Kedepankan amal baru usaha disampaikan oleh Wakil Ketua PWM Jatim Dr Hidayatulloh MSi kepada pengelola AUM dalam acara Pemantapan Komitmen Guru-Guru Muhammadiyah di Aula SD Alkautsar Kota Pasuruan, Rabu (9/3/2022).
Dia menjelaskan, AUM kependekan dari Amal Usaha Muhammadiyah. Diawali kata amal dulu, barulah kemudian disusul dengan kata usaha.
”Dalam hal ini semangatnya tidak sekadar amal tetapi juga usaha. Karena amal berarti beribadah yang orientasinya adalah ajrun. Pahala, akhirat, surga,” kata Hidayatulloh yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Sedangkan usaha, sambung dia, berarti bekerja yang orientasinya adalah ujrah. Gaji, dunia. Padahal hakikatnya ujrah secara otomatis akan mengikuti ketika semuanya diorientasikan sebagai amal atau ibadah, dilakukan semata-mata karena Allah.
”Karena itu kedepankan amal. Core values dalam hal ini berhubungan langsung dengan tauhid, jujur, dan tanggung jawab, sadar diri dan teladan, terbuka dan responsif, kerja sama, dan ukhuwah, tajdid dan tanwir, maju dan unggul, serta ikhlas,” ujarnya.
Dia meminta pengelola AUM mempunyai komitmen yang menjadi tonggak kunci kesuksesan lembaga. Menurut dia, AUM mengalami kemajuan dan memiliki daya saing tinggi tergantung pada pengelolanya.
Dia menyarankan berkumpul dengan orang baik agar tertular kebaikannya. Di sini berarti ada pengaruh timbal balik.
”Atasan dan bawahan bisa saling memengaruhi. Dalam hal ini counter power bisa saja terjadi ketika pimpinan dipengaruhi oleh bawahan yang lebih expert dan lebih mumpuni kapabilitasnya,” ujarnya.
Menurut dia, pimpinan AUM harus selalu berusaha meningkatkan dan mengembangkan lembaganya dengan sepenuh hati sehingga mempunyai keunggulan dan berdaya saing tinggi.
”Kepala AUM harus dapat mencerna dan mengaplikasikan rumusan itu agar menjadi sekolah yang layak diperhitungkan oleh masyarakat. Sekolah kita harus menjadi rujukan dan dikunjungi oleh sekolah lain. Harus mempunyai sesuatu yang memiliki daya beda,” katanya.
Dia mencontohkan, saat Smamda Sidoarjo menyediakan ekskul robotik ketika sekolah-sekolah di Jatim belum menyediakannya. Akhirnya Smamda terpilih mewakili Indonesia di Singapura dan mendapat special awards.
”Jargon Smamda sebagai sekolah para juara akhirnya menjadi virus yang menggelinding ke seluruh guru dan siswa,” cerita mantan Kepala Smamda Sidoarjo ini.
Smamda, sambung dia, tak pernah absen mengikuti forum kejuaraan internasional robotika dan paduan suara. Target pencapaian murid hingga ribuan bahkan puluhan ribu pun juga harus menjadi mimpi yang secara ajeg diwujudkan dari tahun ke tahun.
”Karena di balik itu semua terdapat misi dakwah yang luar biasa ketika banyaknya anak-anak sekolah di Muhammadiyah,” ungkap Hidayatulloh.
Dalam suatu lembaga, cita-cita yang ditetapkan tersebut tentu bukanlah menurut individu masing-masing, tetapi haruslah berupa cita-cita kolektif yang dibingkai, diwujudkan, dan dibesarkan bersama.
”Sekolah akan menjadi besar ketika semua yang berada di dalamnya memiliki komitmen. Jangan paksa sekolah kita untuk seirama dengan individu kita, tetapi justru individu inilah yang harus mengikuti irama sekolah kita,” tandasnya.
Sebaliknya, tambah dia, jangan biarkan sekolah tidak mempunyai irama, karena tentu akan mengakibatkan sekolah tersebut berjalan terombang-ambing tanpa arah.
”Oleh karena itu irama tersebut harus dibuat, dipahami, dan diikuti oleh seluruh pegawai. Apapun yang kita lakukan harus sesuai dengan irama tersebut,” ungkap Hidayatulloh. (*)
Penulis Nurul Mawaridah Editor Sugeng Purwanto