PWMU.CO– Ustadz Putut Sugito, dai legendaris Muhammadiyah Ponorogo wafat di usia 82 tahun, Kamis (10/3/2022) pukul 17.00. Dia dimakamkan di kampung halamannya Jetis Ponorogo.
Ustadz Putut Sugito ayah dari Faruq Ahmad Futaqi, Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Jetis, Manajer Bankziska, dan dosen IAIN Ponorogo.
Banyak rekan dan tamu berdatangan mengalir ke rumah duka mulai Kamis hingga Sabtu (12/3/2022) ini. Begitu juga karangan bunga duka cita berderet-deret di sepanjang kampungnya.
Ketua Lazismu Jatim Drh Zainul Muslimin yang takziyah pada hari Jumat bersama Badan Pengurus lainnya menceritakan, waktu takziyah hari kedua tamu masih mengalir banyak sekali.
”Sampai kami gak bisa masuk rumah. Antre bergiliran menemui keluarga. Sampai jam 9 malam masih mengalir terus. Karangan bunga banyak dikirim dari semua kalangan. Jangkauan dakwah Ustadz Putut membawa kebermanfaatan di masyarakat sangat luas,” tuturnya.
Zainul Muslimin menerangkan, Ustadz Putut Sugito itu dai terkenal bukan hanya di Ponorogo tapi di kawasan Madiun, Ngawi, hingga Magetan.
”Waktu saya kecil, di Magetan ada dua dai terkenal yaitu Mbah Putut Sugito dan Reni Baidhowi,” cerita dia.
Dia menerangkan, setiap acara resmi Muhammadiyah seperti peresmian masjid, peringatan hari besar Islam yang diminta menjadi penceramah pilihannya ya dua orang itu.
”Keduanya representasi Muhammadiyah. Bisa menghadirkan salah satu dari dua penceramah itu sudah top. Keduanya penceramah favorit. Mentingan, kata orang Magetan,” ujar Zainul yang kelahiran Plaosan Magetan.
Menurut dia, kelebihan Mbah Putut itu tampilan ceramahnya segar. Orang senang, bisa tertawa, bisa serius.
”Bisa ambil posisi di semua elemen. Semua Ormas bisa menerimanya ceramahnya,” katanya. ”Di NU bisa diterima, di Muhammadiyah apalagi. Semua lapisan. Bahkan orang abangan, sampai tukang minum pun suka mendengarkan ceramahnya,” sambungnya.
Dia ingat setiap kali persyarikatan mengundang dia di pengajian, pesertanya tidak pernah sepi. Yang hadir dari semua kalangan. ”Sekarang agak usah mencari dai seperti itu. Pelajaran bagi kita agar pengajian bisa diterima semua kalangan,” tandasnya.
Masih Kuat Badminton
Komentar senada disampaikan Timur Aji Hantoro, aktivis muda Muhammadiyah Ponorogo. ”Mbah Putut itu dakwahnya bersemangat. Dia selalu meminta kalau berdakwah jangan hanya di kampungnya saja. Daerah pinggiran Ponorogo juga butuh perhatian,” cerita Timur Aji dihubungi Sabtu (12/3/2022).
Bahkan di usia 70 tahun, Mbah Putut masih kuat main badminton dua set dengan anak-anak muda HW. Mainnya di Klub Badminton HW Jetis atau Gandu.
Timur menyampaikan, selain kuat main badminton, juga kuat merokok di usia tuanya itu.
”Mbah Putut ini juga pernah menjadi Ketua Tapak Suci. Di zaman reformasi pernah menjadi anggota DPRD Ponorogo tahun 1999-2004 dari Partai Bulan Bintang (PBB),” terang dia.
Dia menceritakan, setiap Lebaran selalu mengantarkan bapaknya silaturahim ke rumah Mbah Putut. ”Hubungan dengan orangtua saya dekat. Waktu menikahkan kakak perempuan saya yang khotbah nikah ya Mbah Putut,” tuturnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto