Sejarah Ponpes Karangasem
Kiai Barok juga menyampaikan peran Ponpes Karangasem dalam sebagai lumbung kader. “Ada yang menuduh bahwa Pondok Karangasem bukan Muhammadiyah. Bagaimana mungkin tidak Muhammadiyah, padahal banyak kader di tingkat pimpinan pusat dan wilayah itu alumni pondok Karangasem. Mereka menyebar ke seluruh Nusantra. Bahkan ada yang sukses mendirikan pondok pesantren. Jadi tuduhan itu tidak benar,” ujarnya di hadapan 400 peserta.
Dia lalu memberikan contoh bahwa banyak pimpinan Muhammadiyah yang memondokkan putra-putrinya di Karangasem. Semisal Ketua PDM Lamongan Shodikin dan Sekretaris Majelis Tabligh PDM Lamongan Ustadz Mohamad Su’ud.
“Ini bukti bahwa PonpesKarangasem dipercaya sebagai pondok kader. Jadi Karangasem bukan hanya menyiapkan kader Persyarikatan tapi juga kader umat,” tandasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Barok mengisahkan sejarah singkat Ponpes Karangasem. Nama Karangasem diambil dari pohon yang tumbuh di depan pekarangan rumah milik KH Abdurrahman Syamsuri. Pohon yang rindang dan menjulang tinggi itu adalah pohon asam (Jawa asem).
“Di bawah pohon itulah terdapat sebuah tempat pemondokan yang dihuni oleh santrinya, pertama kali. Sehingga masyarakat Desa Paciran dan sekitarnya sering menyebutnya Pondok Karangasem,” ujarnya.
Artinya, sambung dia, yang berarti sebuah pondok yang pekarangannya ada pohon asamnya. “Dari situlah nama Pondok Pesantren Karangasem Paciran menjadi nama resmi yang melegenda sampai sekarang,” tambahnya.
Pondok ini didirikan oleh almarhum KH Abdurrahman Syamsuri atau yang populer dengan panggilan Yiman. Didirikan sejak tanggal 18 Oktober 1948. Yiman pernah menjabat sebagai Ketua PDM Lamongan periode1978-1990. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni