Bila Rektor Umla Membedah 99 Mutiara Hati, laporan Mohamad Su’ud, kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) Dr Aziz Alimul Hidayat SKep, Ns MKes, menjadi pembeda buku 99 Mutiara Hati karya Masro’in Assafani.
Acara Bedah Buku 99 Mutiara Hati dan Pembekalan Ramadhan 1443 digelar oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, di Aula KH Abdurrahman Syamsuri, Ponpes Karangasem Muhammadiyah Paciran, Lamongan, Sabtu (12/3/2022).
“Saya mengapresiasi karya Ustadz Masro’in Assafani. Apalagi judulnya sangat menarik, tentang hati yang memantik saya untuk memberikan catatan-catatan,” kesan Rektor Umla periode 2018-2022, ini.
Menurut dia buku 99 Mutihara Hati, yang diterbitkan oleh Kanzun Books Sidoarjo, ini mengikuti madzhab tafsir tematik. Dibaca dari judul apa saja tidak masalah, tetap menemukan intisari dan kandungan maknanya.
“Saya tidak bisa membaca secara runtut buku ini, maka saya menggunakan teknik membaca cepat,” jelas alumnus MI Muhammadiyah, Gempolpading, Pucuk, Lamongan. Teknik scanning yang dimaksud adalah membaca informasi spesifik secara cepat dan akurat dari sebuah buku.
Menurut Mas Aziz—panggilan akrab—ke depan perlu dikelompokkan tema-tema sejenis, agar ada urutan dalam membacanya. Secara umum buku ini memiliki kekhasan yang jarang dimiliki oleh penulis lain dan ada sesuatu yang ingin dituju.
Pentingnya Memulai dari Hati
Aziz Alimul Hidayat mengatakan, buku ini menarik karena dibuka dengan kegiatan hati. “Dari kalimat pembuka, menunjukkan kekuatan seorang mubaligh yang ingin memengaruhi audien. Untuk mempengaruhinya dimulai dari membina hati,” kata mantan Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu. Aziz, menambahkan hati adalah sebuah kekuatan yang bisa mengubah perilaku.
“Dengan 99 mutiara ini, kemudian kita bangun kekuatan hati ini, dengan kebersihan, keikhlasan sebagai seorang penceramah atau pendakwah, maka akan muncul pengaruh,” urai pria yang pernah nyatri di Ponpes Muhammadiyah Babat asuhan almarhum KH Muchlis Sulaiman.
Dalam praktik di dunia pendidikan, Aziz mengingatkan, seorang guru di lembaga pendidikan tidak sekadar transfer ilmu. “Kalau ini tujuannya maka seperti transfer knowledge—pengetahuan berpindah saja tapi belum tentu dia berubah atau berpindah,” ungkapnya.
Ada hal yang harus diperhatikan oleh pendidik, lanjut Aziz, guru harus memulai dari hati, menyentuh kalbu peserta didik agar membekas dalam kehidupannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni