Donald Trump juga tidak pernah hidup secara luas, bergaul dengan anak-anak dan pemuda dari kelompok etnis lainnya. Bahkan ada catatan sejarah yang mengatakan bahwa ayahnya yang ketika itu sudah terjun di bisnis properti tidak mau menyewakan apartemennya kepada kelompok non putih.
Donald J Trump juga, dalam pandangan pribadinya (personal views) terhadap orang lain, baik secara agama maupun etnis dianggap negatif. Terhadap Islam misalnya, walau selama ini punya koneksi bisnis dengan orang-orang Islam, tapi dalam pandangannya orang Islam adalah orang yang perlu dicurigai.
(Baca juga: Guru Besar UIN Ini Ungkap Faktor-Faktor yang Membuat Barat Ingin Kuasai Dunia Islam)
Pandangan pribadi inilah yang menjadikannya kemudian mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menyanyakitkan bagi orang Islam.
Demikian pula terhadap warga minoritas etnik lainnya. Warga Mexico dan Hispanic secara umum menerima kenyataan pahit dengan tuduhan-tuduhan buruk seperti perampok, pemerkosa, dan lain-lain.
(Baca juga: Apa Beda Islam Indonesia dan Timur Tengah? Inilah Jawabannya…)
Jika kampanye Obama menyatukan, kampanye Trump jelas memecah belah. Bahkan ada sebagian mengatakan bahwa slogan kampanye Trump “Make America Great again” dimaknai sebagai mengembalikan “supremasi kulit putih”. Ini nampak jelas bahwa dalam sejarah negara ini baru ada kandidat yang secara terbuka didukung oleh kelompok KKK.
Berbeda dengan Barack Obama, yang kemenangannya dirayakan hampir di berbagai belahan dunia. Kemenangan Trump disambut oleh gelombang protes di berbagai kota Amerika. Bahkan pelantikan Donald Trump diwarnai oleh protes besar.
(Baca juga: Di Santa Barbara, Amerika: Khatib Jumat yang Ber-HP dan Lempar Humor)
Mungkin yang terasa geli adalah pelantikan Donald Trump oleh sebagian dimaknai sebagai awal dari berakhirnya kepresidenannya. Terus terang belum pernah terlihat di manapun sinisme yang masyarakat setinggi itu.
Yang paling tragis dari semua itu adalah ancaman terhadap civil rights, kebebasan warga dalam mengekspresikan diri dan opini mereka. Disebut-sebut bahwa pasal hak-hak sipil telah dicabut dari website resmi kepresidenan Amerika.
(Baca juga: Hanya 4 Takbir di Rakaat Pertama: Keunikan Shalat Id di Santa Barbara, Amerika)
Mungkin yang akan paling terasa oleh publik Amerika ke depan adalah rencana “political revenge” Donald Trump, yang didukung oleh mayoritas Republikan untuk menghapus apa yang selama ini dikenal dengan Obama Care.
Lalu akan kemanakah Amerika 4 tahun ke depan? Bagaimana warna kebijakan domestik yang akan diambil oleh Donald Trump? Lalu kira-kira kemana akan mengarah kebijakan luar negerinya?
(Baca juga: Jum’atan dengan 3 Kali Khutbah. Sisi Unik Umat Islam di Utah, Amerika)
Jawaban yang pasti, jangan tanya pada rumput yang bergoyang. Hanya Tuhan yang tahu kemana arah berpikir sosok yang bernama Donald Trump ini. (*)