Mengenal Penyakit Tuberkulosis atau TBC: Penularan dan Pengobatannya

Dr Farida Nuraini SpPK saat menjelaskan Tuberkulosis pada Pelatihan Kader TB bagi Guru TK Aisyiah Bustanul Athfal se-Kabupaten Gresik (Anik Nur Asia Masud/PWMU.CO)

Mengenal Penyakit Tuberkulosis atau TBC: Penularan, dan Pengobatannya, liputan Anik Nur Asia Masud, kontributor Gresik.

PWMU.CO – Mengenal Tuberculosis (TBC) atau TB adalah salah satu materi yang disampaikan pada Pelatihan Kader TB bagi guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal se-kabupaten Gresik. Acara diadakan oleh Majelis Kesehatan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik, Ahad (20/3/2022).

Di depan kader TB yang berkumpul di Cordoba Convention Hall SMA Muhammadiyah 10 GKB, dr Farida Nuraini SpPK menjelaskan tentang TB dan bagaimana cara mengobatinya.

Di awal materi, ia mengungkapkan, Indonesia memiliki jumlah kasus TBC terbesar kedua di dunia. Data Global TB Report 2020 menunjukkan di tahun 2019 sekitar 845 ribu penderita TBC di Indonesia. Tingginya penularan TB akan menimbulkan komplikasi dengan penyakit HIV yang diperkirakan mencapai 19 ribu orang. Dan diperkirakan 96 ribu kasus kematian TBC di Indonesia setiap tahunnya. “Ini artinya terdapat 263 kematian per hari, 11 kematian per jam,” ungkapnya.

Dokter Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik ini menjelaskan, saat ini kasus TBC yang ditemukan dan dilaporkan sebanyak 562 ribu. Sedangkan yang belum terlaporkan sebanyak 283 ribu. Dari setiap kasus TBC yang belum ditemukan dan diobati dapat menularkan ke 10 sampai 15 orang dengan kontak erat.

“Indonesia dan dunia memiliki target bersama yaitu mengeliminasi TBC di tahun 2030 dan mengakhiri TBC di tahun 2050,” terangnya.

Dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis dan Peraturan Bupati Gresik Nomor 37 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, bisa menjadi acuan bagi kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota, pemerintah desa, serta pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan TBC. Sehingga akan terjadi penurunan angka kejadian dan penurunan angka kematian akibat TBC. 

“Di Jawa Timur sendiri tepatnya di daerah Gresik, diharapkan di tahun 2028 tercapai tujuan pembangunan Kesehatan untuk mencapai eliminasi TB dan bebas TB di tahun 2045,” ujarnya.

TB Penyakit Menular

Dokter Spesialis Patologi klinik ini menjelaskan bahwa TB adalah penyakit menular bukan penyakit keturunan atau penyakit bawaan sejak lahir. “Bagaimana menularnya? Ternyata penularannya dari seseorang yang terinfeksi TB ke orang lain ketika ia berbincang-bincang atau ketika batuk berhadapan dengan orang lain melalui droplet yang ia keluarkan,” terangnya. 

Droplet yaitu tetesan yang ada di udara saat lawan yang diajak berbicara ketika imunnya turun, bisa terinfeksi bakteri TB saat menghirup droplet tersebut.

TB mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Karakteristik dari bakteri ini adalah aerob, artinya bakteri yang suka dengan udara. “Makanya kenapa sering tinggal di paru-paru, karena di situ banyak udara,” ujar dokter Farida, sapaannya.  

Dia menjelaskan, bakteri ini bentuknya batang, nonmotil tidak bergerak-gerak, tidak membentuk spora, berupa kuman gram positif, dindingnya mempunyai kandungan lipid dan waxes yang tinggi, sulit diwarnai, tetapi sekali diwarnai tidak dapat luntur, dan termasuk bakteri tahan asam.

Seseorang itu ada yang daya tahun tubuhnnya menurun ada yang kuat. Ketika daya tahan tubuh kita kuat, bakteri TB akan masuk tapi tidak menimbulkan gejala dan tidak terinfeksi. 

“Orang tersebut termasuk orang laten, yang tidak bisa menularkan kembali karena jumlah kuman/bakteri di tubuhnya sedikit, dia juga diselimuti oleh lapisan seperti kolagen sehingga tidak bisa menularkan,” ujarnya.

Tapi, lanjutnya, ketika daya tahan tubuh kita menurun maka bakteri TB itu akan menginfeksi. Bisa ke paru-paru, otak, atau tulang. Dikatakan masif TB dan berprogres. 

“Laten TB apakah suatu saat bisa menjadi TB yang masif/progres? Bisa, kalau dia misal mempunyai HIV atau kondisi imun yang rendah dan sering berinteraksi dengan penderita TB, sehingga bisa terinfeksi bakteri,” jelasnya.

Diagnosis TB

Saat mendiagnosis apakah terkena TB pertama kali dilakukan anamnesis, dilihat adanya riwayat batuk, batuknya lama, batuknya berdahak kadang mengeluarkan darah, keluar keringat dingin di malam hari. “Bukan habis fitness, dia tidur tapi gobyos keluar keringat serta badannya lemas dan sesak,” ujarnya.

Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan fisik, apakah berat badannya turun. Kemudian cek laboratorium melalui tes cepat molekular (TCM), apabila positif maka orang tersebut terkena TB. 

“Kalau dulu tes bakteri tahan asam (BTA), dilakukan dengan cara sampel dahak diletakkan di miroskop dan dilihat, jika ada bakteri TB maka orang tersebut positif, tapi sekarang sudah tidak dipakai. Sekarang menggunakan TCM seperti PCR, dua jam hasilnya sudah kelua,r” jelasnya.

Untuk radiologi didapatkan di dalam paru-parunya seperti ada rongga. “Jadi paru-parunya mengalami pengkejuan, seperti keju, ada rongga,” terangnya.

Alur penegakan diagnosis TBC, jika seseorang dengan gejala seperti yang disebutkan di atas dilakukan TCM. Jika error atau invalid hasilnya dilakukan pengulangan. Bisa jadi keluarnya negatif tapi klinisnya mendukung.

Biasanya, tetap diberikan obat antibiotik yang lain. Kalau hasilnya membaik maka itu bukan TB tapi kalau ternyata dikasih obat yang bukan TB tapi hasilnya tidak berubah, tetap batuk, kelihatan loyo, maka ia dimasukkan ke kategori orang yang terinfeksi TB dan mendapatkan obat anti-Tuberkulosis (OAT).

Demikian juga pada TB positif tapi indeterminate. Dia tidak plus tidak minus, jadi tengah-tengah, dilakukan pengulangan. “Untuk TB yang sensitif termasuk TB MDR (multi drug resistant), kebal terhadap OAT,” jelasnya.

Jadi, TCM itu bisa menentukan kuman itu tinggi dan kuman yang resisten. Kalau TB MDR harus dilakukan pengulangan, apakah benar itu TB MDR. “Dan TB MDR itu sesuatu banget. Saya pernah lihat di RS Dr Soetomo polinya tidak boleh dicampur dengan yang lain, karena TB MDR itu kayak orang kena kanker, jadi angka harapan hidupnya sangat kecil, kurus sekali dan banyak yang meninggal,” ungkapnya.

Pengobatan TB

Pengobatan TB yang dikenal dengan OAT, termasuk kategori 1. Ada dua istilah untuk pengobatan. Pertama 2HRZE, artinya diobati selama dua bulan dengan empat macam obat: INH, RIF, Piramizamid, , dan Ethambutol, yang diminum setiap hari. 

Yang kedua 4H3R3, ini adalah fase lanjutan. Pengobatannya selama empat bulan. “Tetapi obat tidak diminum setiap hari. Tapi sepekan tiga kali, selang seling. Biasanya disingkat SRJ (Senin, Rabu, Jumat),” terangnya.

Sekarang, obat yang empat macam itu supaya tidak banyak meminumnya, pemerintah sudah membuat FDC (Fixed Dose Combination), 4 macam obat itu dijadikan satu kaplet. Dosis yang diminum sesuai berat badan. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version