Masjid Al-Kautsar Karangrejo Diresmikan, Liputan Maftuchatus Saidah kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Peresmian dengan penandatangan prasasti Masjid al-Kautsar Karangrejo Manyar Gresik dilakukan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Drs Nur Cholis Huda MSi, Ahad (27/3/22).
Penandatangan tersebut didampingi Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Manyar H Imam Mustakim dan Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Karangrejo Drs Muchlish Nasroen.
Kegiatan penandatangan prasasti itu diselenggarakan dalam serangkaian acara pengajian rutin (Pra-Ramadhan) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PRM) dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Manyar yang bertempat di Masjid Al Kautsar Jalan Sarutomo Rt 01/1 Desa Karangrejo Manyar Gresik.
Sejarah Berdirinya Masjid Al-Kautsar
Muchlish Nasroen menyampaikan dalam sambutannya yang berdurasi sekitar 10 Menit, sejak 30 Tahun lalu Masjid yang berukuran 25×30 meter ini terkenal dengan sebutan Musholla al-Kautsar (Mushollah Kidul).
“Namun pada generasi ketiga ini kita sepakat untuk menggantinya dengan sebutan Masjid Al Kautsar,” ujarnya.
Jadi, lanjutnya, menurut kisah dari para founding father, awal sejarahnya dulu Muhammadiyah di Karangrejo diberi lahan oleh Desa untuk pembangunan Masjid di sekitar lahan dekat Balai Desa Karangrejo yang sekarang di tempati TK Muslimat 18.
Kemudian tidak jadi dan rencananya dipindahkan ke lahan area Poliklinik Desa (Polindes), namun entah karena sebab alasan apa, tenyata Muhammadiyah diberi lahan di ujung selatan desa yang sekarang berdiri Masjid al-Kautsar dan sekolah MI Muhammadiyah 2.
Generasi Ketiga
Muchlish menjelaskan, namun pada generasi ketiga Abdul Aziz dan Taufik berkeinginan agar semua warga Muhammadiyah khususnya, bisa betah, seneng berada dan beraktivitas di masjid ini sehingga dari hasil ngobrol itulah mereka sepakat berkeinginan untuk merenovasi Mushollah al-Kautsar dan mengubah namanya menjadi Masjid al-Kautsar.
“Alhamdulillah pembangunan Masjid Aal-Kautsar ini awalnya terkumpul dana sebesar 150 juta,” tegasnya.
Simbol Matahari
Nur Cholis Huda yang merupakan arek Karangrejo asli pun menyampaikan rasa bangganya bahwa masjid yang sederhana ini dari dulu memang menjadi pusat untuk pengaderan Muhammadiyah Karangrejo.
“Tapi jangan lupa masjid Muhammadiyah itu bersih. Bersih wajahnya bersih toiletnya,” tuturnya.
Dia pun mengajak untuk menjalankan semua program, namun tak lupa dengan memohon rahmat Allah supaya kita diberi sifat lunak, ngomongnya lemes.
“Jadi jangan sampai kasar sebab kalau takmir yang kasar jamaah tidak kerasan. Pimpinan Muhammadiyah yang kasar jamaah tidak kerasan, Pimpinan Aisyiyah kasar jamaah tidak kerasan,” ajaknya.
Muhammadiyah itu simbulnya matahari yang mempunyai 3 makna yaitu pertama, mencerahkan. Orang Muhammadiyah itu harus mencerahkan dan supaya bisa mencerahkan. Dia sendiri harus cerah.
“Jadi jangan mbetutut aja wajahnya,” katanya.
Kedua, memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia. Muhammadiyah itu, semangat memberi dengan ikhlas,
“Di Muhammdiyah jangan nodong, atau nodong pun biasanya untuk organisaai bukan pribadi,” terangnya.
Ketiga, Istiqomah. Muhammadiyah tidak gampang berubah-ubah seperti definisi matahari yang istiqomah. Dia terbit dan temggelam dari timur ke barat setiap harinya. Walaupun hujan, matahari pun tetap istiqomah menyinari.
Simbol Matahari mari kita jaga!
Muhammdiyah itu memang minoritas
Tapi harus tetap berkualitas. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.