10 cara mendidik anak menurut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, liputan Heri Siswanto, kontributor PWMU.CO asal kota pudak, Gresik.
PWMU.CO—10 cara mendidik anak menurut Rasulullah disampaikan Dr M Sholihin Fanani MPSDM saat menjadi pemateri Webinar Parenting Yayasan Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo. Ahad, (20/3/22).
Ketua Ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM) IAIN Sunan Ampel tahun 1991 itu menyebutkan, ada 10 cara mendidik anak menurut Rasulullah. Pertama adalah memberi nama yang baik. Cara mendidik anak secara Islami sejak dini yang paling utama adalah memberikan nama yang baik bagi anak.
“Sebab nama adalah merupakan doa dan harapan bagi anak kelak. Anak itu berjalan di atas titian doa orangtua. Rasulullah pernah mengganti nama Hazan (kesedihan) menjadi Sahal (kemudahan),” terangnya.
Nabi, lanjutnya, bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil nanti pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka perbaiki nama-nama kalian.”
Kedua, tidak memisahkan anak dengan ibunya. Ibu memiliki ikatan batin yang kuat dengan buah hatinya. Melalui ibu, anak mendapat pendidikan pertamanya. Jangan pisahkan anak dari orangtuanya, khususnya ibu. “Berapa tahun ibu menyusui anaknya,?” “Dua tahun, ustadz,” jawab peserta wabinar.
Rasulullah bersabda, “Barang siapa memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat.”
Berlaku Adil
Ketiga, adil dan ajarkan kasih sayang. Berlaku adillah kepada sesama anak, untuk mengajarkan kepada anak bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan rezeki masing-masing. Pada masa jahiliyah, anak perempuan dianggap aib bahkan dikubur hidup-hidup. Akan tetapi setelah Rasulullah membawa risalah kenabian, adat yang kejam itu dihapuskan.
Rasulullah bersabda: “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu.”
Keempat, ajarkan kebaika dan kasih sayang. Kasih sayang sesama makhluk hidup perlu diajarkan sejak dini. Bahkan Rasulullah dikenal sebagai sosok yang penuh kasih sayang pada orang-orang disekitarnya, khususnya anak-anak.
Dalam sebuah riwayat Abdullah bin Shaddad dikatakan bahwa, ketika Rasulullah sedang shalat seorang anak menaiki punggungnya dan dibiarkan. Bahkan Rasulullah sangat lama bersujud menunggu sang anak turun dengan sendirinya.
“Perilaku Rasulullah tersebut mengajarkan kepada kita bahwa sifat dasar anak-anak adalah bermain. Akan mengembangkan fisik, emosional, kognitif, dan sosialnya,” tegasnya.
Ajarkan Tauhid
Kelima, kenalkan dasar-dasar Islam. Dalam hadits disebutkan, bahwa anak di usia tiga tahun, ajarkan tauhid la ilaaha illallah sebanyak tujuh kali. Kemudian saat anak berusia 3 tahun 7 bulan ajarkanlah kalimat Muhammad Rasulullah.
“Dengan mengajarkan kedua kalimat tersebut maka diharapkan anak bisa tumbuh dengan kecintaannya kepada Allah dan Rasulnya,” tuturnya.
Keenam, memberi contoh yang baik perlu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Karena lingkup sosial anak masih sangat terbatas. Sehingga diharapkan keluarga mampu memberikan interaksi sosial pertama yang baik bagi anak.
“Jika anak berbuat salah, perlu dikoreksi dan tidak perlu dimarahi. Sebab bisa jadi kekeliruan anak karena meniru yang dilakukan orang tuanya seperti apa yang mereka dengar dan lihat. Bagaimana memberi contoh, ya mengajak bukan menyuruh,“ pesannya.
Minta Pendapat Anak
Ketujuh, memperkenalkan batasan-batasan. Dalam agama, ada batasan-batasan yang mengatur hidup sehari-hari. Dalam mengurusi urusan orang lain dan bagaimana harus bersikap dalam masyarakat.
“Orangtua perlu memahami bahwa anak butuh kebebasan dalam bertindak dan berperilaku, mintalah pendapat anak saat orangtua hendak melakukan sesuatu untuk anak,” ungkapnya.
Kedelapan, ajarkan tanggungjawab. Sekecil apa pun tanggung jawab, bila anak melakukannya dengan baik maka akan sangat bermanfaat bagi perkembangan anak kelak. “Tanggungjawab mengajarkan anak hidup secara mandiri. Menjadi anak yang bisa diandalkan dan produktif. Tapi jangan terlalu, apalagi sampai membebani kepada anak,” pintanya.
Kesembilan, ajarkan mendirikan shalat. Orangtua perlu memberikan contoh yang baik saat mendirikan shalat dan jangan membuat anak bingung. Saat usia tujuh tahun orangtua harus memerintahkan anak untuk shalat.
“Sebagaimana hadits Riwayat Ahmad dan Abu Dawud, ‘Suruhlah anakmu shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukul-lah jika usia 10 tahun belum mau shalat dan pisahkan tempat tidurnya,” kata dia.
Kesepuluh, melatih anak untuk berpuasa dan menutup aurat. Ketika bulan puasa, ajarkan anak-anak kita untuk berlatih berpuasa. Ajak mereka untuk sahur dan berbuka. “Bisa mengajarkan berpuasa setengah hari di awal mereka berpuasa. Ceritakan mengapa umat Islam harus berpuasa, atau manfaat dari ibadah puasa,” tuturnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.