Komunikasi Online
Bagaimana tentang komunikasi secara online? Menurut dokter alumnus MI Muhammadiyah 1 Gumeno, Manyar, Gresik ini, komunikasi secara online sangat mudah. Namun, berdasarkan analisanya, dalam komunikasi secara online yang setiap kata yang ditulis tanpa ekspresi dan suara yang bernada halus, biasanya diterima sebagai sebuah kesalahpahaman.
Menurut Aida, menyarankan dalam kondisi yang urgen atau dalam kondisi penyelesaian masalah sebaiknya tidak menggunakan komunikasi online, tapi berkomunikasi secara langsung dengan lawan bicaranya. Ia mencontohkan dalam komunikasi untuk menyelesaikan perselisihan atau menyampaikan informasi yang bersifat sensitif.
“Alih-alih memberikan pesan singkat melalui whatsapp atau media sosial, lebih baik kita menciptakan sebuah keadaan yang lebih menghormati dan lebih damai untuk berbincang- bincang. Setelah itu sampaikan pendapat anda dengan pikiran yang terbuka,” arahannya kepada para kader TB Gresik ini.
Di akhir paparanya, Aida menekankan dalam menjalin komunikasi yang efektif, perlu memperhatikan pemilihan media yang tepat dan memperhatikan etika berkomunikasi. “Tunjukkan sikap yang ramah dan rasa hormat kepada lawan bicara,” kata dia.
“Dan yang paling penting pandang situasi dari sudut pandang lawan bicara kita, lalu lakukan pendekatan yang rendah hati untuk terciptanya komunikasi yang efektif,” imbuhnya.
Sebelum menutup pemaparan materinya yang disampaikan kepada kader TB Aisyiyah Gresik ini, Aida membarikan 10 kesimpulan tentang komunikasi efektif:
- Kata-kata yang tidak bisa diucapkan di “depan” jangan dikatakan di “belakang”. Gunjingan sangatlah buruk.
- Memonopoli pembicaraan akan memperbanyak musuh. Sedikit berbicara dan perbanyak mendengar. Semakin banyak mendengar akan semakin baik.
- Semakin tinggi intonasi suara, makna dari ucapan akan semakin terdistorsi. Jangan menggebu-gebu. Suara yang rendah justru memiliki daya.
- Berkata yang menenangkan hati, bukan sekadar enak didengar.
- Katakan yang ingin didengar lawan bicara, bukan yang ingin diutarakan. Berbicara yang mudah dimengerti, bukan yang mudah diucapkan.
- Berbicara dengan menutupi aib dan sering memuji.
- Berbicara hal-hal yang menyenangkan, bukan menyebalkan.
- Jangan hanya berkata dengan lidah, tetapi juga dengan mata dan ekspresi. Unsur verbal lebih kuat daripada unsur non verbal
- Tiga puluh detik di bibir sama dengan tiga tahun tahun di hati. Sepatah kata yang kita ucapkan mungkin saja akan mengubah kehidupan seseorang.
- Kita mengendalikan lidah, tapi ucapan yang keluar akan mengendalikan kita. Bertanggung jawablah terhadap apa yang sudah diucapkan.
Kepada seluruh kader TB yang besar berprofesi sebagai guru TK juga ini, Aida berpesan akan memberikan kesan yang positif setiap kali bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain.
Menurutnya tidak ada kesempatan kedua dalam percakapan. Karena janji untuk pertemuan berikutnya hanya dapat terjadi jika seseorang telah memberikan kesan yang baik dan telah membentuk sebuah hubungan. “Maka, persiapkan sebaik-baiknya untuk memberi kesan pertama yang positif,” tuturnya.
“Ucapan adalah sarana penting untuk menilai seseoranga secara keseluruhan. Melalui ucapan, kita memperoleh kesan baik dari lawan bicara dan dapat menunjukkan sisi menarik dari diri kita kepada lawan bicara,” lanjutnya memberikan kalimat inspirasi/
Pelatihan kader TB Aisyiyah Gresik ini selain menghadirkan drg Aida Nur Farikhah dengan materi komunikasi efektif. Hadir pula sebagai pemateri dr sophiati Sutjahjani Mkes membahas Aisyiyah dalam program TBC Berbasia Al-ma’un, dr Farida Nur Aini SP PK yang mengenalkan tentang TBC, dan dr Desi Yudha Riantama tentang mengenali dan menemukan anak atau orang yang diduga TB. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/AS