GIBS Al Fattah Sidoarjo Gelar Webinar Parenting, liputan Kusmiani kontributor PWMU.CO
PWMU.CO – Global Islamic Boarding Shcool (GIBS) Al Fattah Sidoarjo bekerja sama dengan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo menggelar acara Webinar Parenting, Sabtu (19/3/22).
Menghadirkan Drs Miftakhul Jinan MPd LCPC dari Griya Parenting mengusung tema Sinergi membentuk anak berprestasi dan berkarakter acara ini diikuti wali santri Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Pondok Pesantren Al Fattah, dimulai pukul delapan pagi berakhir pukul sebelas.
Saatnya Bersinergi
Miftakhul Jinan menjelaskan sebagai wali santri harus membangun komunikasi yang intens meskipun anaknya berada di Pondok pesantren.
“Guru selama ini sebagai sumber belajar utama, nantinya menjadi fasilitator atau orangtua sebagai fasilitator belajar, sekarang menjadi coach, ini yang terjadi pada masa pandemi seperti sekarang,” jelasnya di Webinar Parenting yang dihadiri 190 peserta.
Dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 122, “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang) mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadaNya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
“Saya masih ingat ketika menjadi santri. Kiai saya selalu diberikan nasihat dengan ayat ini. Wahai anakku sekalian, misi kalian itu adalah sebagian kecil dari manusia yang belajar agama dan ketika kalian pulang, tugas kalian adalah mengingatkan, mendakwahi, dan mengajak pada lingkungan kalian untuk menjadi baik,” jelasnya.
Ketika saya menjadi wali santri, sambungnya, misi juga bahwa anak-anak saya adalah pilihan untuk saya kirim belajar ke pesantren dan ketika pulang ia bisa memberikan warna yang baik yaitu membimbing orang tuanya menjadi semakin baik.
Dia mengungkapkan, tentu konteks ini betul-betul harus kita kuatkan pada hati kita. Anak pulang dari pesantren, bacaan al-Quran di rumah semakin sering terdengar, sikap semakin baik. Jadi memberikan warna yang positif.
Berkarakter Kuat
Dia mengingatkan jika ingin punya anak yang kuat karakternya, sebagai orangtua harus mempunyai karakter yang kuat pula.
“Kalau kita sering bicara anak kurang kerasan, itu berawal dari orangtua yang tak tega anaknya di pesantren. Saya yakin banyak kasus, orangtua yang ikhlas, punya ketegaran, ketangguhan, dan siap berpisah dengan anaknya InsyaAllah rata-rata anaknya juga kuat untuk berpisah dengan orangtuanya,” katanya.
Tetapi, sambungnya, yang terjadi malah sekarang ini adalah anaknya sudah kerasan dan nyaman eh, orangtuanya tidak tega, kasihan anaknya di pesantren.
Dia menjelaskan jika ingin punya anak dengan karakter yang kuat, tumbuh di Pesantren. Orantua juga harus punya karakter yang tangguh rasa teganya.
“Memanjakan anak selagi di rumah, gara-gara anak jarang di rumah, ketika liburan dari pesantren anak selalu dituruti. Ma! makanan di rumah enak ya, di Pondok tidak seperti itu, dia akan terus membandingkan, akhirnya anak lebih kerasan di rumah. Ketika waktunya kembali ke pesantren dia ogah, karena membayangkan enak di rumah santai, orangtua tidak pernah memarahi, tak bangun malam, bisa tidur sepanjang hari,” ujarnya.
Pingin anak kuat dan sungguh-sungguh, lanjutnya, maka tunjukkan kesungguhan itu di depan anak. Lebih baik menangis saat berpisah sementara dengan anak daripada menangis saat tua.
“Saya melihat ada anak yang punya orangtua usianya sudah sepuh tetapi tidak peduli dengannya. Karena ceritanya dulu orangtuanya juga tidak peduli pada anaknya. Inilah anak yang tidak mempunyai pendidikan agama yang baik,” ujarnya.
Baca sambungan di halaman 2: Jadi Anak Shaleh