![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/04/WhatsApp-Image-2022-04-03-at-10.41.49-1.jpeg?resize=1062%2C704&ssl=1)
Ucapan yang Baik
Hadits di atas juga mengisyaratkan, di antara agar terhindar dari api neraka jika tidak mampu bersedekah dengan sebiji kurma, maka cukuplah berkata dengan orang lain dengan perkataan yang baik.
Sehebat apapun seseorang merasa dirinya hebat, maka tetaplah berbicara kepada orang lain hendaklah dengan perkataan yang baik. Perkataan yang baik itu adalah perkataan yang tidak menyinggung perasaan orang lain atau menyakiti hati orang lain.
Dan inilah di antara keharusan yang harus dipelihara atau dijaga dari orang yang sedang berpuasa, yaitu menahan diri dari berkata yang sia-sia atau menyakitkan.
Perkataan itu akan terhimpun dengan bentuknya masing-masing, jika berupa kebaikan maka ia kan menjelma menjadi bak permadani yang indah dan harum baunya, dan sebaliknya jika berupa keburukan maka ia kan menjelma menjadi benda yang sangat jelek dan berbau sangat busuk lagi menyengat.
Antara Lisan dan Hati
Sehinga ada pepatah Arab yang menyebutkan: salamatul insan fi hifdhillisan, keselamatan manusia itu terletak bagaimana cara ia menjaga lisannya. Lisan merupakan sebuah ekspresi dari apa yang ada di dalam hati, maka menjaga lisan berarti harus selalu memberisihkan hati dari hal-hal yang mengotorinya.
Dan hanya dengan hati yang bersih yang di dalam al-Quran disebut sebabai qalbun salim yang dapat menyelatakan seorang hamba dari api nereka.
,يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (asy-Syua’ara’ 88–89).
Hati yang bersih adalah hati yang senantiasa berdzikir kepada Allah, sehingga ia menyikapai apa saja yang terjadi padanya adalah merupakan hal yang terbaik menurut Allah baginya. Hati yang selalu berprasangka baik kepada Allah, tanpa sak wasangka sedikitpun.
Hati yang bersandara atau bertawakal kepada Allah dengan sebanar-benarnya bertawakal. Yaitu ditandai denga tetap menjalankan ketaatan kepadaNya baik taat dalam rangka menjalankan perintah-perintah-Nya maupun dalam rangka menjauhi larangan-laranganNya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post