Beredar Meme Pawang Hujan, Begini Kritik Abdul Mu’ti, Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd mengungkap kritik yang pernah dia sampaikan ke Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim BA MBA.
Hal ini dia ceritakan ketika menjadi pemateri Kajian Ramadhan 1443 H yang digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Ahad (3/4/22).
Ceritanya, Prof Mu’ti menemukan meme dari Kemendikbudristekdikti. Isinya, pawang hujan bisa membuat hujan berpindah dengan menggunakan gelombang Theta. Maka, dia konfirmasi meme itu kepada sang menteri, “Ini benar nggak Mas Menteri?”
“Mas menterinya malah nggak ngerti. Kemudian dia menjawab, ‘Any concern, Pak Mu’ti?’,” sambungnya.
Mendapat jawaban itu, Prof Mu’ti lantas meminta Mas Menteri mencermati memenya. “Masak gelombang Theta yang dipakai pawang itu bisa menjadi sebab dia memindahkan hujan ke tempat lain sehingga tidak terjadi hujan di tempat tertentu? Itu tidak ilmiah dan antiilmu!” tegasnya.
Setelah menyampaikan kritiknya, dia tidak mendapat jawaban balasan dari sang menteri. “Saya nggak tahu apa dia membenarkan bahwa itu dibuat atau memang tidak ada jawabannya,” imbuh Prof Mu’ti.
Penjelasan Ilmiah
Kemudian, Prof Mu’ti meluruskan, “Gelombang Theta adalah gelombang yang ada di otak yang membantu kita belajar, berimajinasi. Jadi nggak bisa gelombang otak itu memindahkan awan, itu nggak bisa!”
Dia akhirnya menyimpulkan, kalau sudah bisa memahami bagaimana proses ilmiah terjadinya hujan, maka hujan bisa dipindahkan dengan mengubah konsentrasi udara dan perpindahan temperatur. “Ada teorinya, ada ilmunya!” tegasnya.
Tapi, dia mengingatkan, itu terbatas pada ketersediaan tempat dan waktu. “Karena itu, tetap saja Allah yang menciptakan hujan. Itulah mengapa para scientist tidak bisa memutlakkan teorinya, tapi bisa memengaruhi beberapa hal,” imbuhnya.
Prof Mu’ti pun teringat dengan komentar salah satu rekannya, seorang profesor yang menulis buku tentang al-Quran kitab yang ramah lingkungan.
“Kalau dengan teori itu manusia bisa membuat hujan buatan, maka shalat Istisqa tidak perlu, dong? Shalat Istisqa pertanda orang yang nggak bisa bikin hujan buatan,” ujarnya menirukan pertanyaan bercanda rekannya.
Nah, kalau dalam hal itu Prof Mu’ti menyatakan dirinya belum bisa menjawab. Katanya, kalau kita berdialog, kita menemukan banyak ayat yang bisa menjadi dasar dalam beragama dan bermualamah.
Baca sambungan di hlaman 2: Hujan Takdir Allah