Hujan Takdir Allah
Selanjutnya, Prof Mu’ti menerangkan, takdir itu ketentuan Allah yang sudah berlaku. “Kalau ketentuan Allah sudah berlaku dan manusia mengetahui bagaimana takdir Allah itu, maka manusia bisa memprediksi apa yang bakal terjadi, bahkan merekayasa supaya sesuatu bisa terjadi atau tidak,” terangnya.
Dia menegaskan, al-Quran sudah menjelaskan bagaimana terjadinya hujan. “Itu ada penjelasan hukumnya. Allah yang menggerakkan angin pada suatu tempat itu ada ayatnya,” ungkapnya.
“Allah menggerakkan angin itu bukan maksudnya Allah mendorong angin, tapi dengan semua sunnatullah yang ada di alam ini, sebelum terjadi hujan, awan itu didorong oleh angin,” imbuhnya.
Di dalam al-Quran, katanya, Allah itu yursilurriyah (mengutus angin). Karena itu, ada rihhin thayyib atau angin yang bagus. Yaitu angin yang membawa kabar gembira: angin surga.
“Atau membawa kabar gembira akan datangnya berkah. Semua ayat al-Quran kalau membicarakan hujan, itu berkah. Gak ada ayat al-Quran bicara hujan isinya laknat itu gak ada! Isinya semua berkah!” terangnya.
Menurutnya, kalau manusia mengerti bagaimana terjadinya hujan dengan ilmunya, maka bisa merekayasa hujan. “Bikin hujan buatan, dan bisa membuat hujan tidak turun di suatu tempat, tapi dipindahkan ke tempat lain, itu bisa!” ucapnya.
Dia mengimbau, “Jadi nggak perlu pawang! Pakai pawang itu nggak ngaji.”
Prof Mu’ti juga mengajak untuk kembali berpedoman pada al-Quran sebagai living guidance. “Itu bisa menjadi rahmat karena apapun yang orang butuh jawaban itu ada jawaban di al-Quran,” imbuhnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni