Makna Tersembunyi Perintah Bersukur
Saad menyebutkan bahwa seluruh bagian Surat al-Insyirah itu, intinya Allah mengajarkan pada Nabi Muhammad untuk senantiasa bersyukur karena Allah telah melapangkan dada nabi.
Allah melapangkan mindset Rasulullah atas segala kesulitan yang dialaminya di Kota Mekah. Berupa rintangan, gangguan, pengusiran, boikot dan lainnya. Hal tersebut sungguh berat bagi Rasulullah, namun begitu Allah melapangkannya, maka semua dapat dilalui.
“Maka surat al-Insyirah mempunyai sesuatu yang tersembunyi yang ditujukan kepada Nabi kita agar beliau bersyukur, bersyukur, dan beryukur kepada Allah. Kalau nabi kita saja diperintahkan seperti itu, maka kita sebagai umatnya harus jauh lebih banyak lagi bersyukur,“ tutur Saad.
Pada ayat kedua, ketiga, dan keempat: “وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (yang memberatkan punggungmu), وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu; bahwa Allah telah mengampuni segala kesalahan kesalahan nabi di masa lalu.
Menginjak pada ayat kelima dan keenam: فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan) dan إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan) Saad mengatakan, kedua ayat di atas menjadi kabar gembira yang disampaikan nabi kepada para sahabatnya. Bahwa kemudahan yang diberikan Allah akan melebihi kesulitan yang ada.
Tiga Makna
Untuk ayat ke-7 dan ke-8: فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) dan وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ (dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap); Saad menyampaikan bahwa ada tiga pandangan makna ayat di atas dalam Tafsir at-Thabari. Pertama. ketika selesai menunaikan shalat, maka teruskanlah dengan berdoa, menyandarkan segenap urusan pribadi dan hajat bersama termasuk hajat tujuan organisani hanya kepada Allah. “Intinya urusan personal dan organisasi kita sandarkan pada Allah,” ujarnya.
Kedua, jika engkau selesai berperang lanjutkan dengan ibadah, shalat, dan doa. Ketiga, jika telah selesai urusan duniawi, lanjutkan dengan ibadah.
Saad menegaskan penting untuk menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, antara pemenuhan kebutuhan duniawi dengan ibadah. Agar segenap aktivitas bisa memiliki nilai tambah kebaikan dengan menyandarkan segenap harapan setelah ikhtiar, hanya kepada Allah semata.
“Demikianlah pemahaman generasi awal tentang al-Insyirah,” ujarnya. Saad menutup sambutannya dengan harapan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nasir yang hari itu menjadi keynote speaker akan mengembangkan dan menafsirkan lebih lanjut konteks al-Insyirah untuk memicu dan memacu perkembangan gerakan Muhammadiyah di masa kini dan masa mendatang. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni