Sekolah Partner Orangtua
Kang Deden mengatakan sekolah adalah partner bagi orantua. Guru sebagai rekan maka tugas utama mendidik anak adalah orangtua. Sekolah harus diapresiasi dan didukung oleh orangtua. Dengan demikian, sekolah yang bagus adalah sekolah yang mampu menjadikan sinergi antar-M. Dalam hal ini, guru dan orangtua menciptakan produk atau konsep yang menarik sehingga anak-anak berhasil menjadi orang hebat.
Berikutnya, pria kelahiran Cianjur ini menyampaikan selain faktor M (massa alias guru dan orangtua) yang mempengaruhi output siswa, terdapat faktor penting lain yakni C yang beraarti interseksi, hubungan yang tercipta di kelas.
Ia menguraikan apabila ada orang yang sudah memiliki ilmu dan metode, dan M berkeinginan menjadikan anak-anak menjadi lebih baik dan antusias. Namun bila C (cara, kecepatan cahaya), interaski dan komunikasi dengan siswa tidak baik, maka terhentilah orang yang memiliki ilmu bagus itu.
“Pada kondisi ini, jika cara penyampaian pelajaran guru tidak bagus maka dampaknya siswa tidak pandai dalam berkomunikasi,’ ujarnya. Oleh karena itu, Kang Deden menyarankan kepada para guru agar mampu mengolah kata menjadi kalimat yang bagus dan memotivasi siswa.
“Guru tidak hanya dituntut mengajar tapi juga harus mampu memotivasi, menjadi fasilitator dan provokator,” jelasnya.
Dan sebaliknya, kata kang Deden. Jika C (cahaya) terlihat bagus kecepatannya melalui provokasi guru. Sementara itu, arah interaksi bagus dikalikan M maka anak-anak sekolah akan menjadikankan berenergi, antusias dan semangat belajar.
“Dalam kondisi seperti itu, insyaallah sekolah Muhammadiyah bisa menghadirkan itu sehingga anak-anak senantiasa fun, fresh, beserta gurunya friendly dan focus,” katanya memotivasi.
Mengajar sesuai Minat Mewujudkan 4E
Pria yang memakai udeng batik ini menjelaskan mengenai minat mewujudkan 4E dalam pembelajaran. Yakni enjoy, easy, earn, dan excellent. Guru betulan yang mempunyai minat, mereka akan enjoy. Jadi mereka melakukan sesuatu. Mereka tetap menikmatinya, meskipun mengajar yang arak sekolah jauh dari rumah. Selain itu, ketika hari Sabtu saatnya libur ada panggilan dia datang karena enjoy dengan profesinya.
“Saya jauh keliling Indonesia. Orang melihat saya capek tapi saya enjoy. Pekerjaan yang membahagiakan adalah hobi yang dibayar. Saya suka jalan-jalan, kuliner, ngobrol, dan diskusi. Kemudian saya dikasih pekerjaan mengisi pelatihan ini adalah rezeki bonus dari Allah. Alhamdulillah. keberkahan diberikan oleh Allah berupa kenikmatan rasa semangat bergairah dalam mengajar anak-anak,” ujarnya.
Adapun yang dimaksud easy adalah mudah untuk melangkah. Kang Deden mengatakan jika seseoramg memudahkan orang lain maka akan dimudahkan Allah. Seorang guru betulan selalu mudah untuk melangkah, mudah membuat alat peraga, ikut andil, mudah berkomunikasi karena yang mereka pikirkan adalah bagaimana anak-anak berkarakter.
Dengan demikian, ia mengajak para guru yang hadir untuk memiliki minat mengajar dengan mencetak anak sesuai dengan minat anak sehingga anak lebih mudah melangkah menuju masa depan cemerlang.
“Anak jangan dipaksa memilih jurusan ketika kuliah tapi lihat minat bakat mereka. Kita hanya mengarahkan dan diskusi,” tegasnya.
Selanjutnya, yang dimaksud earn ialah bersungguh-sungguh untuk memperoleh sesuatu atau ilmu. Mengutip dari mahfudhot (ungkapan Arab) yang sering digunakan masyarakat umumnya yakni ‘man jadda wa jada’ yang artinya orang yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Kang Deden mengatakan sorang guru yang memiliki minat, selama mengajar di SD, TK, atau KB, dia akan sungguh-sungguh memperdalam ilmunya dan belajar terus.
Dia lalu menceritakan pengalamannya saat menjadi santri di pondok. Dirinya keliling Yogyakarta karena mengikuti pesan kiai yang memintanya untuk membina 18 Taman Pendidikan al-Quran (TPQ) dengan naik sepeda ontel pada tahun 1999.
“Saya lulusan sarjana sosial, Fakultas Dakwah, Konseling Islam Sosial tapi sekarang di dunia anak. Saya mendalami ilmu tidak harus sesuai sarjana tapi saya mencintai dan minat terhadap pekerjaan ini. Kerja tetap saya tidak ada, tapi saya tetap bekerja. Jika kita bersungguh-sungguh maka kita menuai hasil panenannya. Kuncinya adalah ‘paksa, biasa, bisa, budaya’,” ceritanya kepada peserta.
Baca sambungan di halaman 4: Excellent