Prof Haedar Nashir: Ramadhan momen berpikir keagamaan yang reflektif juga spesifik, liputan Kontributor PWMU.CO Darul Setiawan.
PWMU.CO – Demikian yang disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi dalam Kajian Ramadhan 1443 H PWM Jatim, Ahad (3/4/22).
Dalam kegiatan yang digelar di Auditorium Gedung At-Tauhid Tower UM Surabaya, itu Haedar Nashir menyampaikan selamat atas terselenggaranya Kajian Ramadhan PWM Jatim.
“Alhamdulillah pada hari ini, hari kedua puasa Ramadhan, PWM Jatim melaksanakan Kajian Ramadhan yang lebih awal dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) lain yang menyelenggarakan pengajian Ramadhan. PP sendiri baru akan menyelenggarakan pada 5-7 April 2022, atau dua hari setelah ini,” ujarnya.
Haedar pun menyampaikan tahniah, atas Kajian Ramadhan PWM Jatim yang mengangkat tema sangat inspiratif, yakni Teologi al-Insyirah. “PP Muhammadiyah pada tahun ini mengangkat tema ‘Religiulitas Islam di Tengah Era Disrupsi’,” jelasnya.
Menurut Haedar, ada kesamaan spirit antara kajian yang diselenggarakan PWM Jatim hari ini dengan PP Muhammadiyah, yakni mengangkat isu-isu khusus yang bersifat takhasus diniyah, hal-hal yang bersifat isu-isu keagamaan secara spesifik.
“Tentu ini memiliki makna sekaligus konteks yang relevan dengan kehidupan kita, yang memerlukan elaborasi pemikiran-pemikiran keagamaan yang spesifik, agar kita Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berisi dakwah dan tajdid, dan kita sebagai penggerak atau fail-nya juga berada dalam frekuensi yang sama pentingnya kita memperdalam hal-hal yang bersifat diniyah, isu-isu keislaman yang spesifik untuk menjadi rujukan kita di dalam membawa Persyarikatan sebagai gerakan Islam atau Al Harakah Al Islamiyah,” ungkapnya.
Ramadhan Momen Berpikir Reflektif-Spesifik
Agar kesan umum di mata publik, kata Haedar, di mana sudah disinggung oleh Pak Saad Ibrahim, bahwa kita ini gerakannya terlalu umum. “Itu ada kritik, dan sering orang Muhammadiyah itu paling tertarik dengan isu-isu umum. Nah, saatnya kita mencoba reflektif pada bulan Ramadhan ini untuk memperkaya sekaligus melengkapi makna-makna pergerakan kita yang bersifat substansi, mendalam, dan esensial,” paparnya.
Beruntung kita tadi sudah memperoleh pengantar atau iftitah yang sangat luas dan mendalam mengenai tafsir surat Al-Insyirah atau Alam Nasyrah. “Prof Thohir Luth tadi berbisik pada saya, kita sedang mengikuti kajian tafsir yang mendalam dari Ustadz Saad pada pagi hari ini. Saya pikir ini harus menjadi bagian dari denyut nadi pergerakan kita di samping kita juga terus bergerak mengembangkan amal usaha dan dakwah di berbagai bidang sebagai concern dari pergerakan Muhammadiyah multi aspek,” tuturnya.
Sambil berseloroh, Haedar Nashir mengatakan, Saad Ibrahim tadi sudah meringankan tugasnya untuk tidak lagi menjelaskan surat Al-Insyirah.
“Saya tinggal masuk pada bagaimana menarik benang merah daripada apa yang sudah dijelaskan oleh Pak Saad tadi, pada pandangan teologis keagamaan kita mengenai kehidupan. Saya tadi sudah menyiapkan makalah, tetapi tidak saya baca karena sebagian sudah dibahas Pak Saad. Sebagian lagi saya rekonstruksi saat duduk mendengar Pak Saad. Sehingga makalah nanti bisa saya bagi pada panitia,” jelasnya.
Baca sambungan di halaman 2: Menyikapi Kehidupan yang Tidak Satu Warna