PWMU.CO– Tafsir surat al An’am ayat 2 dikupas oleh KH Ali Mansur Kastam dalam kajian bakda Subuh di Masjid al-Ihsan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Lebanisuko, Wringinanom, Gresik, Ahad (3/4/22).
Arti ayat 2 surat al-An’am itu ”Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisiNya, kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”
KH Ali Mansur Kastam menjabarkan tafsir surat al An’am ayat itu, tidak setiap orang siap menghadapi kematian. Ada sekelompok orang yang takut mati.
Takut mati karena bekal amal tidak cukup. ”Amal saleh yang dilakukan masih merasa kurang, merasa belum layak untuk mati,” katanya.
Takut karena tidak bisa berbuat apa-apa setelah kematian datang. ”Khawatir keluarga tak terurus, tidak bisa makan enak-enak, dan tidak bisa menikmati dunia,” jelasnya.
Setelah kematian, sambungnya, ada kehidupan selanjutnya. Itupun tidak semua orang memercayainya. Hanya orang mukmin yang mengimani hal tersebut.
Hidup setelah Kematian
Yai Ali, panggilan KH Ali Mansur Kastam, membeberkan lima keadaan bagaimana kehidupan setelah kematian berdasar tafsir surat al An’am.
Pertama, semua orang akan terhimpit kuburnya tanpa kecuali. ”Entah itu orang mukmin atau kafir, pasti merasakan himpitan alam kubur,” jelasnya.
Kedua, rasa himpitan kubur antara orang mukmin berbeda dengan orang kafir. ”Untuk orang mukmin rasa himpitan tersebut seperti seorang anak yang sakit dan mengaduh kepada ibunya,” tandasnya.
Rasa sakit itu, lanjutnya, disertai rasa nyaman, lembut, nikmat, dan harum seperti pelukan ibu kepada anaknya. ”Begitu juga jika seorang istri mengadukan sakitnya pada sang kekasih, maka akan dipijat dengan belaian nan lembut,” ujarnya.
Sebaliknya, ia menjelaskan, himpitan yang dirasakan orang kafir di alam kubur serasa seperti batu besar yang dijatuhkan di atas. ”Tidak bisa kita bayangkan betapa sakit dan remuknya tulang yang terkena batu besar tersebut,” ungkap pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Ilmiyah Nganjuk ini.
Pertanyaan Kubur
Ketiga, ujian alam barzah. ”Jika anak sekolah ada Ujian Tengah Semester atau disebut UAS, maka setelah kematian ada UAB, ujian alam barzah,” kelakarnya.
Di alam kubur ada pertanyaan dari malaikat yang harus dijawab. Bagaimana pertanyaan tersebut, menurut hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, ada satu pertanyaan.
Ia menceritakan pertanyaan malaikat sambil menunjukkan banner bergambar seraya berkata,”Wahai manusia, gambar siapakah ini?”
Jika orang tersebut iman, maka langsung bisa menjawab.”Itu wajah Nabi Muhammad saw.”
”Meskipun di dunia tidak pernah melihat foto atau wajah Nabi, saking tampannya wajah Nabi sehingga tidak bisa diungkapkan dan dituangkan dalam gambar. Begitu ada pertanyaan sontak langsung bisa menjawab, hiya surotunnabi Muhammad (itu gambar Nabi Muhammad),” tandasnya.
Setelah malaikat mendengar kebenaran jawaban maka memerintahkan orang tersebut untuk tidur dengan nyenyak.
Menurut Imam Ahmad, lanjutnya, ada tiga pertanyaan alam kubur. Meliputi siapa pencipta kamu, apa agamamu, dan siapa rasulmu.
Ia memaparkan, setelah tiga pertanyaan dijawab dengan benar, malaikat dengan wajah sumringah bertanya,”Dari mana kamu bisa benar dan tahu jawaban itu?”
Orang dalam kubur menjawab,”Dari al-Quran, saya suka baca, kemudian merenungkannya, dan mengimaninya.” Lantas malaikat membenarkan dan memerintahkan untuk tidur tenang.
Selanjutnya malaikat menampakkan suasana surga. ”Masyaallah, dia seneng banget sampai ngiler tos-tos,” seloroh Yai Ali.
Dia menceritakan, dari jauh orang tersebut diperlihatkan seseorang yang amat tampan nan harum keluar dari surga. Lama kelamahan mendekat. Si mayat bertanya, ”Siapakah kamu?”
”Saya adalah jelmaan amal salehmu, shalatmu, taatmu, sedekahmu, dan aku ditugaskan Tuhanmu untuk menjagamu di alam barzah,” jawab orang itu.
Si mayatpun menjawab,”Bagaimana aku tidak senang dan kerasan jika aku ditemani seorang yang rupawan sepertimu.”
Yai Ali mengibaratkan kehidupan orang mukmin di alam kubur ini laksana seorang remaja di dalam kamar yang ditemani ponsel terisi kuota data penuh dan sinyal kuat.
Ia juga menjelaskan, seorang ketika berangkat ke kubur diiringi tiga hal. Keluarga, harta, dan amalnya. Keduanya kembali pulang. Tersisa satu yang menemani yaitu amal kebaikannya.
Kondisi Kafirun
Lain halnya dengan orang kafir. Ia menjelaskan, ketika ada pertanyaan dari malaikat tidak bisa menjawab. ”Hanya …hah, hah, plegak-pleguk tanpa kata, padahal sebelum masuk kubur sudah dikasih bocoran Pak Mudin dalam pidatonya,” ujarnya.
Setelah malaikat tidak mendengar jawaban, sontak memukulnya hingga suara pukulan terdengar sangat keras.
”Untung saja kita sebagai manusia tidak bisa mendengarkan pukulan malaikat. Andai dengar tidak ada yang berani mengantar jenazah ke kuburan. Lewat jalan dekat kuburan, atau menempati rumah bersebelahan dengan kuburan. Di situlah rahman dan rahim Allah. Kecuali paranormal yang mengaku pernah mendengar,” tuturnya.
Yai Ali menjelaskan setelah dihukum, malaikat menunjukkan seorang yang berwajah seram dan yang lebih bengis wajahnya ketimbang Mak Lampir atau gerandong.
”Man anta, (Siapakah kamu),” tanya si mayat.
”Amalika asyaidah. Aku adalah amalmu yang jelek, zinamu, malingmu, durhakamu pada orangtua dan saya ditugaskan untuk menemanimu,” jawab malaikat.
”Siapa yang kerasan tinggal di rumah yang dalamnya ada bangkai tikus saja tidak nyaman, apalagi ditemani makhluk seperti itu. Naudzubillahi,” jelasnya.
Siksa Kubur
Keempat, siksa kubur dan adzab kubur. Keduanya pasti ada dan wajib kita imani. Ia mencontohkan, adanya adzab kubur. Ketika Nabi bersama Abi Hurairah jalan-jalan di sebelah kuburan, sontak Nabi berhenti dan diam. Mendadak Nabi gemeteran, menggigil dan ketakutan.
Abu Hurairah bertanya,”Apa yang terjadi denganmu, wahai Rasulullah?”
Nabipun menjawab, mendengar jeritan dua orang dari dalam kubur, disiksa karena mengadu domba dan satunya ketika kencing tidak bersuci.
Lantas Nabi menyuruh Abu Hurairah mengambil pelepah daun kurma dan membelanya menjadi dua lalu ditancapkannya di atas kedua kubur orang tersebut.
Abu Hurairah bertanya,”Buat apa, ya Nabi?”
Nabi pun menjawab untuk meringankan siksa keduanya sampai mengering daun tersebut.
”Tapi bapak ibu tidak boleh mencontoh hal tersebut karena ini mukjizat nabi. Sebaliknya yang kita lakukan adalah mendoakan orang mukmin yang sudah meninggal bukan kita minta didoakannya,” tuturnya.
Roh
Kelima, semua roh yang sudah terlepas dari jasad akan ditempatkan di tempat masing-masing. ”Dikumpulkan baris seperti tentara, yang mukmin bersama orang mukmin, yang kafir dengan orang kafir pula,” jelasnya.
Ia menjelaskan, dengan pengumpulan tersebut tidak ada cerita roh itu gentayangan. Namun ditempatkan di sijjin yaitu tempat di mana roh berada yang letaknya di bumi paling dalam.
”Ada roh yang bertanya ketika bertemu dengan tetangganya semasa hidupnya, di mana saudaraku? Saya tidak melihatnya di sini.”
Tetangga yang lain menjawab,”Iya saudaramu sudah meninggal sejak lama tetapi tidak ada di tempat kita.”
”Jika tidak bertemu berarti ia bukan sesama mukmin,” tandasnya.
Keenam, masing-masing manusia ditunjukkan tempat tinggalnya kelak. Orang mukmin ditunjukkan surga, sampai mereka berkata,”Wahai Allah, saya ingin masuk surga.”
”Ya tunggu dulu belum waktunya. Kamu bisa menempatinya setelah hari kebangkitan kelak,” jawab Allah.
Untuk orang kafir, lanjutnya, ditunjukkan neraka oleh Allah pagi dan sore hari.
Di akhir kajian KH Ali berpesan, jika ingin masuk surga, siapkan bekal. ”Ingin tidak dihimpit kubur, syaratnya satu yaitu iman. Menjadi orang yang taat dan mukmin.” (*)
Penulis Kusmiani Editor Sugeng Purwanto