PWMU.CO– Syekh Palestina Ahmad Saleem Abu Anza memberikan tausiyah ke pada santri Pondok Pesantren al-Mizan Lamongan, Rabu (6/4/2022).
Acara bertempat di Masjid al-Ghoihab al-Mizan Lamongan setelah shalat Ashar. Hadir seluruh santri pondok dan ustadzah.
Syekh Ahmad Saleem Abu Anza penampilannya mboys seperti ustadz milenial. Tidak pakai jubah dan surban.
Dia sudah menjadi imam di masjid kampungnya di Palestina. Usia 10 tahun dia telah hafal 30 juz al-Quran.
Syekh Palestina Ahmad Saleem Abu Anza juga guru. Dia mengatakan Pondok al-Mizan ini proses kaderisasi dimulai. Proses menghafal al-Quran. Di masa depan santri akan sukses mendukung kebangkitan umat Islam.
Dia bertanya kepada santri. ”Berapa hafalan kalian saat ini?”
Santri menjawab bersahutan: lima juz, tujuh juz.
Kisah Gaza
”Apakah seluruh santri sudah pernah mendengar cerita tentang Gaza?”
Santri: Iya pernah.
”Mungkin yang didengar tentang Gaza tentang perang, penindasan, dan pembunuhan,” kata Syekh.
Di Gaza itu, kata dia, perang terus terjadi. Keamanan di sana sangat kecil. Jadi orang di sana ketika pergi bekerja, bisa jadi pulang tinggal nama. Seperti juga orang yang berangkat belajar, ketika pulang bisa jadi tinggal nama saja.
”Meskipun kondisi seperti itu, ternyata di sana banyak menghasilkan generasi ahli Quran, baik putra maupun putri hafal 30 juz. Padahal dalam keadaan seperti itu,” katanya.
Jadi dalam peperangan tersebut, lanjut Syekh, sama sekali tidak mengurangi para santri dan muslimin di sana belajar dan menghafalkan al-Quran. Di manapun berada tetap bersama al-Quran,” ungkapnya.
Anak Perempuan Gaza
Dia menyampaikan, masyarakat Gaza semangatnya sangat tinggi. Banyak hal-hal yang di luar dugaan. Ada anak perempuan pergi rekreasi. Ketika pulang, seluruh keluarganya meninggal dibunuh oleh tentara Zionis.
”Walupun tanpa orang tua, anak perempuan tersebut tidak patah semangat. Dia belajar sampai lulus magister. Ketika lulus berbicara di depan dunia untuk menyampaikan hak-hak negara Palestina,” cerita dia.
Gaza itu tempatnya kecil, katanya. Lebih luas Lamongan daripada Gaza. Tapi padat penduduk. Dua juta lebih penduduknya. Di sana warganya semangat belajar dan menghafal al-Quran.
Di Gaza ada mujahidin dari Hamas yang menjaga wilayah agar aman dari cengkeraman orang-orang Yahudi.
“Pada tahun 2021 Gaza bisa meluluskan 2.000 lebih penghafal al-Quran. Bahkan ada penghafal al-Quran termuda umur tujuh tahun,” katanya.
Beberapa hari terakhir ini ada 90 anak telah khatam 30 juz membaca al-Quran bil ghoib.
”Apakah kalian semua bisa seperti itu?” tanya Syek Palestina Ahmad Saleem Abu Anz.
”Insyaallah,” jawab santri kompak.
”Di Indonesia tidak ada perang. Namun belum mempunyai semangat yang tinggi menghafalkan al-Quran,” kata Syekh Saleem.
”Kalau sudah mengetahui cerita di Gaza, maka mulai saat ini dan detik ini kita semangatkan diri kita masing-masing. Kita niatkan untuk menghafal al-Quran sampai khatam.”
Tak Hafal Quran Memalukan
Menurut dia, anak SMA belum hafal al-Quran sangat memalukan. Karena di Palestina anak umur sepuluh tahun sudah hafal al-Quran 30 juz.
Karena itu, kata Syekh, kamu lima sampai sepuluh tahun ke depan akan menjadi orang terkenal. Menjadi imam di masjid-masjid dan menjadi ayah.
Mulai saat ini fokus dan bersungguh-sungguh belajar. Karena kesuksesan sepuluh tahun ke depan dilihat dari sekarang.
Dia melantunkan syair Palestina: harus kita kader para dai anak-anak, sebagai pengganti sesepuh kita nanti, harus punya pegangan, seperti perang jika tak punya pedang akan kalah. Seperti juga kita, kalau tidak hafal Quran dari sekarang akan rugi dan sia-sia.
”Kamu sekalian adalah mujahid di masa yang akan datang, sebagai persiapan melawan orang kafir. Maka kita harus semangat menghafal Al-Quran sehingga kita bisa membantu membebaskan al-Alqsha.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto