Definisi Iman dan Dosa Menurut Rasulullah, oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berangkat dari hadits riwayat Ahmad:
عَن أَبي أُمَامَةَ البَاهِلِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنهُ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مَا الإِيمَانُ؟ قَالَ: “إِذَا سَرَّتكَ حَسَنَتُكَ وَسَاءَتكَ سَيِّئَتُكَ فَأَنتَ مُؤمِنٌ” قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ فَمَا الإِثمُ؟ قَالَ: ” إِذَا حَاكَ في نَفسِكَ شَيءٌ فَدَعهُ ” رَوَاهُ الإِمَامُ أَحمَدُ وَصَحَّحَهُ الأَلبَانيُّ
Dari Abu Umamah al Bahili radhiyallahu anhu, ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallahu alahi wasallam: Apa itu Iman? Beliau menjawab: ‘Jika kebaikanmu menggembirakanmu dan keburukanmu membuatmu sedih, maka kamu adalah Mukmin.’ Kemudian dia bertanya: ‘Apa itu dosa?’ Beliau menjawab: ‘Jika suatu perkara singgah di dadamu kemudian engkau menolaknya.’ (HR Ahmad)
Apa Itu Iman?
Hadits ini menjelaskan tentang bagaimana karakteristik iman bagi seseorang yang memilikinya. Rasulullah secara sederhana memberikan penjelasan bahwa jika perbuatan baik atau menjalankan ketaatan kita bahagia dan jika perbuatan buruk atau berbuat kedurhakaan kita sedih atau susah maka itulah iman.
Jadi iman adalah keberpihakan hati kita kepada kebaikan atau kepada keburukan, termasuk dampak pada perasaan diri jika kita melakukan di antara keduanya. Melakukan kebaikan pastinya membahagiakan dan melakukan keburukan pastinya menggelisahkan, itulah yang menunjukka di dalam diri ini masih ada iman.
Walaupun dalam kategori ini masih ada atnda tanya apakah iman kita benar atau tidak, yakni iman kita terkontaminasi dengan kesyirikan atau tidak, belum ada jaminan. Karena tanda atau karakteristik ini adalah sebagai tanda awal bahwa iman itu masih bersemayam dalam diri ini, untuk selanjutnya bagaimana kita dapat memelihara iman ini agar benar-benar iman yang benar.
الٓمٓ أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ
Alif laam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. al-Ankabut: 1–3.
Ayat di atas mempertegas bahwa iman itu butuh diuji kebenaran dan kualitasnya. Ibarat sedang menempuh pendidikan formal, ada jenjang yang mesti di tempuh. Mulai PAUD, TK, SD, SMP dan seterusnya.
Dan masing-masing akan menunjukkan tingkat seberapa berat ujian yang akan diterimanya serta seberapa kualitas kemampuan yang dimilikinya. Maka kita sendiri sesungguhnya dapat merasakan di tingkat mana posisi diri ini. Dan dalam tingkatan ini terus-menerus harus pandai introspeksi diri agar kita menjadi tahu seberapa kualitaskah iman yang ada dalam diri kita sendiri.
Baca sambungan di halaman 2: Apa Itu Dosa?
Discussion about this post