Silaturahmi Nasional Kader Nasyiah Kuatkan Identitas dan Kapasitas Gerakan, liputan Anis Shofatun, kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) mengadakan silaturahmi para kader Nasyiatul Aisyiyah se-Indonesia, Ahad (3/4/2022).
Kegiatan yang diadakah melalui Zoom Cloud Meetings itu, diikuti 240 peserta perwakilan Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah (PRNA) dari Sabang hingga Merauke. Kegiatan tersebut menghadirkan Husnul Khatimah Husairi SHi SPsi MSc dengan mengangkat tema ‘Menguatkan Identitas, Loyalitas, dan Kapasitas Kader NA’.
Husnul menyampaikan Nasyiah sebagai organisasi gerakan remaja putri Aisyiyah bergerak dibidang keperempuanan, keagamaan, kemasyarakatan, dan kependidikan. Maka identitas kader NA tidak bisa terlepas dari akhlak pada diri sendiri.
Ketua Bidang Pendidikan PPNA ini mengatakan sebagai kader NA meskipun aktivitas padat demi kebermanfaatan bagi bangsa dan agama, tetap harus memberikan manfaat dan teladan bagi kehidupan keluarga.
“Kita harus berguna bagi masyarakat luas. Nah kadang yang sering terlupa, sudah bergerak kemana-mana, justru yang keluarga dinomor duakan. Harusnya tetap berguna bagi keluarga dan memberikan teladan,” tuturnya mengevaluasi.
Menurutnya untuk menjaga identitas Nasyiah, para kader ini harus terdidik tiap hari, kritis, dan berwawasan luas. Sebagai kader yang humanity harus memiliki wawasan global dan memiliki kepekaan terhadap isu-isu internasional. Salah satunya dapat diketahui melalui media digital yang berkembang saat ini.
“Sebagian kader NA juga banyak yang belajar di luar negeri dan melakukan berbagai penelitian (research), mari kita manfaatkan sehingga pemikiran kita lebih luas,” katanya.
Bergerak Tanda Hidup
Mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Prof A. Malik Fadjar MSc yang mengatakan Muhammadiyah sebagai organisasi berbasis gerakan idealnya setiap orang di dalamnya melakukan gerakan.
Kalau bergerak tandanya hidup dan bila diam pertanda mati. Maka, pada kegiatan bertajuk Silaturahim Ranting Nasyiatul Asyiyah (SRNA) itu, Husnul mengajak semua kader untuk mefleksikan diri.
“Nah perlu refleksi apakah kita sudah bergerak atau diam?” ujarnya
“Gerakan itu tidak selalu yang besar, bisa aktivitas kecil tapi memiliki dampak luas bagi umat,” katanya memberikan petunjuk.
Dia mencontohkan aktivitas gerakan yang berdampak luas. Misalnya di suatu tempat yang memandikan jenazah putri masih orang laki-laki. Maka, selayaknya para kader sudah berinisiatif untuk bergerak terhadap fenomena dan kebutuhan masyarakat ini. Sehingga PRNA bisa langsung bergerak dengan mengadakan pelatihan perawatan jenazah perempuan. Oleh karenanya, menurut Husnul, organisasi NA saat menyusun program kegiatan sebaiknya berbasis kebutuhan.
Identitas seorang kader NA lekat dengan karakter-karakter utama seperti mandiri, empati, dan responsif. “Kader Nasyiah harus mandiri, kalau tidak ada yang hadir jangan diam. Kalau level daerah, wilayah, dan pusat yang hadir berdua saja tetap jalan,” tuturnya
Maka, menurutnya penting bagi pimpinan organisasi baik tingkat pusat, wilayah, daerah terlebih tingkat ranting merawat para kader yang aktif dan seharusnya diberikan ruang untuk belajar dan mengeksplorasi potensinya.
“Para kader tingkat ranting ini harus benar-benar diramut agar mereka kerasan,” pesannya.
Selanjutnya, Husnul menjelaskan tentang loyalitas kader Nasyiah. Sebagai putri Islam Muhammadiyah dan Aisyiyah, Nasyiah patuh terhadap aturan, mengikuti pedoman administratif dan AD/ART NA, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai pegangan perjuangannya.
Selain itu rasa memiliki yang kuat terhadap organisasi. “Bila organisasi memiliki kekurangan, Nasyiah melengkapi. Kepribadian Nasyiah itu rela berkorban baik material maupun pemikiran, waktu dan nonmateri lainnya,” jelasnya memberikan contoh.
Baca sambungan di halaman 2: Mengoptimalkan Potensi