Tantangan PCIM Hongaria Hadapi Kedatangan Gelombang WNI; Laporan Nurul Musdholifah, Anggota Majelis Dakwah dan Pendidikan Kader PCIM Hongaria.
PWMU.CO – Ramadhan For Kids Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Hongaria digelar di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Budapest, Városligeti Fasor 26, 1068 Hongaria, Sabtu (9/4/22).
Majelis Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat PCIM Hongaria menyelenggarakannya sekitar pukul 15.00-20.00 CET. Setelah pembukaan, serangkaian kegiatan tergelar satu per satu. Yaitu pengajian anak, lomba hafalan surat pendek dan mewarnai, dan story telling anak Muslim.
Kemudian, ada apresiasi untuk para ustadzah, tausiah dari KBRI, dan sharing session bagi para orangtua santri. Sebagai penutupnya, ada buka puasa bersama serta shalat Maghrib berjamaah.
TPA PCIM Hongaria
Wongso Adhiy Saputra—Anggota Majelis Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat PCIM Hongaria yang kini menjabat ketua panitia—mengungkapkan, sebanyak 68 peserta hadir di sana. Yaitu santri dan orangtua santri Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) PCIM Hongaria, ustadzah, dan panitia.
“Peserta ini tidak hanya dari Budapest saja, namun juga dari berbagai kota seperti Pécs, Debrecen, Szeged dan Miskolc,” ungkapnya.
Dalam sambutannya, Wongso juga menyampaikan, TPA PCIM Hongaria sudah berdiri dua tahun terakhir. Yakni mulai tahun 2021. “Diawali ketika libur summer bagi anak-anak dan sempat berhenti,” terangnya.
Dia lanjut mengenang kondisi TPA pada tahun 2021, di mana pesertanya masih sedikit. Ketika berlanjut lagi di awal Januari 2022, dia bersyukur ada 25 santri yang terdaftar dari berbagai kota.
Tantangan Adaptasi Kultur
Dalam kesempatan itu, Ketua PCIM Hongaria Hazim Hamid menyatakan, “PCIM Hongaria dalam mengembangkan dakwahnya mencoba berpikir bagaimana, apa yang terjadi, jika gelombang warga negara Indonesia yang datang ke Hongaria setiap tahun akan terus meningkat.”
Maka, menurutnya akan ada dua kemungkinan tantangan cukup besar. Tantangan itu terkait bagaimana kondisi generasi kedua—anak-anak Indonesia—yang harus bisa beradaptasi dengan perbedaan kultur di sana.
“Kultur yang sama sekali berbeda dengan yang ada di Indonesia,” imbuhnya.
Kemungkinan pertama, mereka tidak bisa mengendalikan anak-anak sepenuhnya, terutama dalam nilai-nilai keagamaan. “(Juga menjaga) kultur-kultur baik dari Indonesia kalau kita tinggal cukup lama di negara Hongaria ini. Sungguh ini cukup disayangkan,” ungkap Hazim.
Padahal, lanjut adik kandung almarhum Nadjib Hamid itu, sebagai orang yang beragama pasti mereka kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Baca sambungan di halaman 2: Tampilkan Nilai Keislaman