Begini Cara Memahami Hasil Psikotes yang Utuh, Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School) bekerja sama dengan Pusat Layanan Psikologi dan Konseling (PLPK) Smamio mengadakan sosialisasi hasil psikotes, Sabtu (16/4/22). Kegiatan ini berlangsung seiring konsultasi hasil belajar siswa usai Penilaian Tengah Semester 2.
Sosialisasi ini bagian dari tindak lanjut paket pelayanan psikotes bersama PLPK. Di mana, pada bulan sebelumnya telah berlangsung psikotes dalam dua gelombang untuk siswa kelas IV.
Di Aula Berlian, Direktur PLPK Ika Famila Sari SPsi menjelaskan, sosialisasi digelar agar wali siswa memiliki pemahaman yang utuh terhadap laporan hasil pemeriksaan psikologi (psikotes). Harapannya, wali siswa tidak sekadar melihat skor kecerdasan intelegensi (IQ) anak yang tercantum di halaman pertama, tapi juga paham maknanya.
Pemetaan Potensi
Selain itu, wali siswa juga diajak memahami bagian kekuatan dan kelemahan siswa pada beberapa aspek yang terekam. “Memetakan potensi yang dimiliki ananda, sehingga bisa mengetahui potensi (kekuatan) mana yang perlu lebih fokus dioptimalkan,” tambah Ika—panggilan akrabnya.
Sedangkan untuk sekolah, lanjut Ika, hasil psikotes bisa menjadi ladang informasi kondisi pemetaan potensi siswa dan menyiapkan program tindak lanjutnya. Mengingat, psikotes bukan hanya bicara soal kemampuan intelegensi saja.
“Sekolah bisa membuat program yang bisa disesuaikan dengan potensi siswa. Untuk anak yang IQ tinggi bagaimana, IQ rata-rata bagaimana. Yang kurang berpotensi dalam akademik berarti perlu digali potensi lainnya,” tuturnya.
Validitas
Ika menyatakan, psikotes telah disajikan secara terstandar, sampai pada ukuran dan jenis kertas maupun pensil yang digunakan. Demikian pula dengan tester yang terlibat, semua berlatar belakang Psikologi.
Artinya, pihaknya sangat memperhatikan standar administrasi psikotes agar hasilnya benar-benar valid. “Valid berarti angka IQ yang tercetak di sana benar-benar menggambarkan kemampuan siswa,” terangnya.
Kemudian, dia memaparkan, kondisi anak pada saat pelaksanaan psikotes juga akan berpengaruh pada hasilnya. Seperti anak ternyata sedang sakit, belum sarapan, bad mood karena bertengkar dengan adik, dan lain sebagainya.
“Apabila kondisi-kondisi ini terjadi dan hasil yang didapatkan jelek sekali atau kurang sesuai dengan keseharian ananda di sekolah, maka bisa jadi hasilnya memang belum menggambarkan kemampuan ananda yang sesungguhnya,” terangnya.
Baca sambungan di halaman 2: Tes Skolastik