Kesatuan Konsep dan Amal
Ahmad Norma Permata menjawab, pemikiran sebenarnya terbagi menjadi dua. “Pemikiran deskriptif-konseptual dan pemikiran deskriptif-prokramatis,” ujarnya.
Dia sebenarnya membolehkan jika kader PCIM mendiskusikan untuk apa Islam dan konsep lainnya yang bersifat deskriptif-abstrak. Tapi dia menyarankan diskusi ini dilakukan kadangkala saja, tidak menyalurkan sepenuhnya energi ke arah diskusi itu.
Ketika cerita Islam berkemajuan, dia menegaskan tidak cerita teori, melainkan merujuk pada apa yang warga Muhammadiyah amalkan. “Ada dasar pemikirannya tentu, dalilnya seperti ini, penjelasannya seperti ini, itu boleh,” terangnya.
Seperti halnya tentang diskursus Islam Nusantara. “Kita tidak ahli diskursus dan kita tidak akan mengekspor diskursus,” imbuhnya.
Jadi dia memgimbau untuk lebih menceritakan gagasan-gagasan atau konsep-konsep yang sudah Muhammadiyah canangkan. “Yang sudah dipraktikkan Muhammadiyah dan yang akan kita kembangkan melalui Muhammadiyah,” tambahnya.
Menurutnya, obrolan kesatuan antara konsep dan amal yang utuh itulah yang sangat baik untuk memperkenalkan Muhammadiyah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni