Muhammadiyah Abad Ke-3
Ahmad Norma Permata akhirnya membagikan Desain Internasionalisasi Muhammadiyah 2112 alias Muhammadiyah Abad ke-3. “Tidak perlu terbebani, jalan masih panjang. Estafet silih berganti. Yang penting kita menjadi bagian perjalanan ini! Teman-teman adalah pioneer Muhammadiyah abad ke-3,” imbaunya.
Pertama, membangun basis jamaah. Dia mengajak untuk memperkenalkan Muhammadiyah sebagai gerakan amaliah untuk memberi harapan kepada masyarakat Islam dan lainnya bahwa kebaikan bisa dicapai melalui ini.
Kedua, bangun basis data kondisi masyarakat setempat. Yaitu dengan menemukan faktor SDM yang bisa diperbaiki untuk meringankan penderitaan. Misal, masih banyak putra warga yang tinggal di sana belum bisa mengaji, maka sediakan tempat untuk belajar mengaji.
Ketiga, rintis kegiatan publik. Jika PCIM sudah punya izin operasional, dia menilai akan sangat membantu menyelenggarakan kegiatan secara publik.
“Teman-teman harus sadar PCIM anak emas. Kalau PCIM minta, Insyaallah chance nya sangat tinggi untuk bisa dipenuhi Pimpinan Pusat,” ujarnya.
Terakhir, minta pendampingan majelis atau lembaga terkait mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Di cabang dan ranting, AUM juga meliputi tempat ibadah. Tempat ibadah itu sekaligus menjadi tempat menyistematiskan gerakan.
Dia berpesan, “Kalau nanti sudah punya basis jamaah, upayakan punya mushalah atau masjid. Mungkin pertama tidak permanen tidak apa, menumpang di mana, tapi kita pastikan itu tempat kita shalat!”
Kemudian, dia mengimbau agar para aktivis PCIM itu mengajak warga setempat menjadi kader. “Dampingi mereka meluaskan AUM! Begitulan pemikiran Muhammadiyah itu serius tapi tidak terlalu complicated,” imbuhnya.
Akhirnya dia menyimpulkan, “Bagi saya, pemikiran itu lebih ke resep masakan yang itu urusan internal. Yang kita sajikan kepada publik adalah dakwah. Di mana ujung tombaknya adalah amal usaha.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni