Lek ngunu mesisan, kalau begitu biar sekalian —kalimat menjerumuskan orang yang bertobat. Liputan Heri Siswanto, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Kajian Bakda Subuh Masjid Al Ihsan Ranting Muhammadiyah Lebanisuko Wringinanom, Gresik, mendatangkan H Muhammad In’am MPdI, Ahad (17/4/22).
Dalam paparannya, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik itu menanyakan pada jamaah terkait puasa Ramadhan yang telah dilaluinya. “Sudah 15 hari berpuasa, apakah sudah tercapai tujuan dari puasa ramadhan?” tanyanya.
Perintah puasa, kata dia, yang difirmankan Allah dalam surat al-Baqarah ayat, yakni untuk orang beriman agar menjadi orang yang bertakwa. “Kemuliaan di sisi Allah dinilai dari takwanya, bukan karena harta dan tahtanya,” tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa manusia ketika masih muda akan terlihat kuat dan gagah, tetapi ketika tua akan menjadi rapuh. “Beda halnya dengan hati yang didalamnya bersemayam takwa, meskipun sudah tua akan tetap mencerminkan nilai takwa dari perilakunya,” tambahnya.
Kemudian dia mengutip hadits Nabi Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir,
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh, ketahuilah bahwa dia adalah hati,” sitirnya mengutip hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Puasa, lanjut dia, mendidik kita supaya hati ini terarah menjadi baik. “Jika hati baik, maka pola pikir dan kepribadian akan baik,” ucapnya.
Di antara amalan yang apabila dikerjakan dapat diampuninya dosa adalah puasa. “Dengan syarat puasa dilakukan dengan benar dan mengharap ridha Allah. Kalau mengharap sesuatu dari manusia maka tidak akan mendapatkan apa-apa,” tutur dosen Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) tersebut.
Dosa yang Diampuni
Kemudian dia membaca hadits nabi dari Abu Hurairah
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni,” kutipnya dari HR Bukhari dan Muslim.
“Dengan catatan إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ (selama dosa-dosa besar dijauhi), kalau terlanjur berbuat salah segera tobat,” tegasnya.
Beliau menceritakan, bahwa pernah ada sejumlah orang dari kalangan orang-orang musyrik yang banyak membunuh dan banyak berzina. Lalu mereka datang menghadap kepada Nabi Muhammad SAW, lalu nabi berkata, “Sesungguhnya agama yang engkau katakan dan engkau seru itu benar-benar baik. Sekiranya saja engkau beritakan kepada kami bahwa apa yang telah kami perbuat ada kifaratnya.”
Lek Ngunu Mesisan
Kemudian turunlah firman Allah pada surat al-Furqan ayat 68, “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya),”
“Membunuh itu dosa besar, seperti yang dijelaskan Allah dalam surat al Maidah ayat 32,” jelas Ustadz M In’am.
Selagi ada kesempatan tidak ada kata terlambat untuk bertobat. “Karena ada orang berfikir cekak (pendek), koyoe aku gak disepuro krono dusoku wes tumpuk-tumpuk, lek ngunu mesisan (sepertinya aku tidak akan diampuni karena dosaku terlalu banyak, kalau begitu sekalian saja),” ujarnya menirukan kalimat yang menjerumuskan orang bertobat.
Dosa apapun, kata dia, kalau ditobati akan diampuni, bahkan syirik sekalipun. “Jangan seperti Firaun, baru tobat ketika nyawa sudah di kerongkongan,” pintanya.
Dia tegaskan bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, sebagaimana disebutkan dalam surat az Zumar ayat 53:
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dia menegaskan agar tobat diterima, maka harus menyesali perbuatannya dan tidak mengulanginya lagi. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.