Jatuh miskin karena orang tersebut gemar berinfak itu tidak ada. Liputan Heri Siswanto, kontributor PWMU.CO asal Wringinanom, Gresik.
PWMU.CO – Tidak ada orang yang gemar berinfak lalu jatuh miskin. Demikian kata Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik H Muhammad In’am MPdI, dalam Kajian Bakda Subuh Masjid Al Ihsan Ranting Muhammadiyah Lebanisuko Wringinanom, Ahad (17/4/22).
Di kesempatan tersebut, dia menjelaskan ciri orang yang bertakwa. Menurutnya, wujud dari orang yang bertakwa disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 133 yakni gemar berinfak.
“Infak itu tabungan akhirat, siapapun yang punya kesempatan jangan ditunda sebelum kematian datang agar tidak menyesal. Karena ajal tidak bisa ditunda ketika sudah datang. Seperti ditegaskan dalam surat al-Munafiqun ayat 10 – 11,” ujarnya.
Kemudian dia mengisahkan sahabat Anshar Abu Tholhah, yang kaya raya ketika mendengar Firman Allah surat Ali Imran ayat 82 berkata kepada Rasulullah:
“Ya Rasullullah diantara kebun kurma yang aku cintai adalah kebun bairoha, didalamnya ada sebuah sumur aku serahkan untuk agama Allah.” Tapi kemudian dikembalikan oleh Rasulullah untuk dibagikan kepada keluarganya.
Gemar Berinfak Tidak Jatuh Miskin
Mengapa dikembalikan, dasarnya dalam Surat al-Baqarah ayat 215, “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan’. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”
Menurut pengajar di Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) itu, infak tidak akan mengurangi harta. “Saya tidak pernah mendengar orang yang senang infak itu jatuh miskin, yang ada malah sebaliknya,” tuturnya.
Dia jelaskan bahwa Infak tidak harus banyak dan menunggu kaya, karena infak dengan sebutir kurma juga bisa. Nabi menjelaskan,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun hanya dengan sebiji kurma.”
Salah satu hikmah puasa adalah untuk menumbuhkan kepekaan sosial. “Muncul roso sakno nang wong liyo (timbul rasa kasihan terhadap orang lain), akhirnya muncul keinginan untuk infak,” tegasnya.
Selain gemar berinfak, ciri orang bertakwa adalah menahan amarah, seperti dikisahkan dalam sebuah hadits,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَوْصِنِى . قَالَ لاَ تَغْضَبْ . فَرَدَّدَ مِرَارًا ، قَالَ لاَ تَغْضَبْ
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Berilah aku nasihat.” Beliau menjawab: ‘Jangan marah.’ Beliau mengulanginya beberapa kali, “Jangan marah.” (HR. Bukhari).
“Marah bisa terjadi pada siapapun, tapi orang yang bertakwa akan menahannya jika marah datang. Dapat menahan marah, berarti dia sabar,” jelasnya.
Selain menahan amarah juga menjadi pemaaf bukan pendendam. Urusan dengan manusia lebih repot dari pada dengan Allah. Dia menyampaikan, ada sebagian orang yang sulit sekali memberi maaf, padahal balasannya surga. “Koen, sampek matek gak bakal tak sepuro,” ujar dia menirukan.
Umar, lanjutnya, ketika akan membunuh nabi di tengah jalan, datang petunjuk dan masuk Islam dan menjadi sahabat nabi.
Shalat itu Berkomunikasi dengan Allah
Selain itu juga menanamkan jiwa sabar. Dalam menjalankan ibadah harus sabar. Dia menyampaikan, belakangan viral ada orang shalat tarawih super kilat, 23 rakaat dalam waktu 7 menit. “Shalat itu berkomunikasi dengan Allah, masak seperti itu?” tanyanya.
“Selain sabar dalam menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya juga harus sabar,” tambahnya.
Bersungguh-sungguh dan bersabar akan menghasilkan kesuksesan. “Banyak sekali kisah dalam al-Quran dan Hadits yang bisa diambil hikmahnya karena kesabarannya,” tuturnya.
Dia mencontohkan kesabaran Thalut bersama orang yang beriman dapat mengalahkan tentara Jaluth yang jumlahnya lebih banyak. Seperti dikisahkan dalam surat al-Baqarah ayat 250. “Thalut berdoa, agar diberi kesabaran atas Jaluth dan bala tentaranya. Akhirnya Allah menangkan Thalut atas Jaluth,” tuturnya
Dia menambahkan tentang kisah kesabaran dalam hadits nabi. Diriwayatkan dari ‘Atha’ ibn Abi Rabah ia berkata: “Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhuma bertanya kepadaku: ‘Maukah aku perlihatkan kepadamu salah satu wanita penghuni Surga?’
Aku menjawab: ‘Tentu.’ Beliau berkata: ‘Inilah seorang wanita kulit hitam yang suatu hari datang kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam lalu berkata: ‘Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan dan auratku terbuka (saat kambuh), maka sudilah kiranya engkau berdoa untukku kepada Allah (agar Allah memberikan kesembuhan kepadaku)’
Beliau bersabda: ‘Jika kamu mau kamu sabar maka kamu akan mendapatkan Surga. Dan jika kamu mau aku akan berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kesembuhan kepadamu.’ Wanita itu menjawab: ‘Aku akan bersabar.’ Lalu dia berkata lagi: ‘Akan tetapi auratku tersingkap (ketika kambuh), maka sudilah kiranya engkau berdoa untukku kepada Allah agar auratku tidak tersingkap (saat kambuh).’ Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa untuk wanita tadi agar tidak tersingkap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
“Sebagaimana Allah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 142, agar sukses kita harus sungguh-sungguh dan tetap bersabar,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.