PWMU.CO– Sirikit Syah (62) wafat setelah sempat opname di RS Haji, Selasa (26/4/2022) pukul 06.30.
Jenazah dari rumah sakit disemayamkan di rumah Jl. Rungkut Asri VII No. 8 Surabaya dan bakda Duhur dimakamkan di TPU Keputih.
Sirikit Syah bulan April ini mengeluhkan kondisinya yang melemah. Livernya membengkak karena sel kanker merembet ke hati dan empedunya.
Dia sudah pernah operasi kanker payudara dan menjalani kemoterapi yang menyakitkan. Namun perawatan itu tak menghentikan akar kankernya ke organ hati.
Kisah dia operasi kanker payudara dan penderitaan menjalani kemoterapi ditulisnya dalam buku berjudul Cancer and Me yang terbit tahun 2019. Buku ini cetak ulang hingga tiga kali.
Buku itu ditulis untuk panduan bagi penderita kanker dan keluarga yang merawatnya. Gejala keanehan tubuhnya sebenarnya sudah dirasakan sejak 2007. Karena sibuk bekerja menjadi wartawan dia lalai periksa.
Tahun 2013, dia periksa ke dr Ario Jatmiko. Ternyata mengidap kanker payudara. Tahun itu juga dioperasi. Lalu menjalani kemoterapi. Dalam bukunya itu dia bercerita:
Hari pertama kemo, tidak apa-apa. Hari kedua sampai kelima, ada perasaan mual. Sempat muntah. Sembelit, sulit BAB. Dan yang paling tidak menyenangkan: gangguan di mulut dan tenggorokan. Selalu terasa kering hingga seperti tercekik dari dalam.
Dan yang menyiksa lagi muncul sariawan. Lidah pecah-pecah. Gusi bengkak. Bayangkan sakitnya kalau makan. Setengah piring makanan, biasanya kuselesaikan dalam setengah sampai satu jam. Setiap suapan yang berhasil kukunyah-kunyah dengan penuh rasa kesakitan, lantas kutelan dengan kesakitan yang lain. Seperti memasuki kerongkongan yang sempit dan menolak dimasuki sesuatu.
Aku mengucapkan alhamdulillah dengan luar biasa lega. Ketika makanan di piringku habis, airmataku sudah berlinang-linang. Makan adalah proses yang penuh penderitaan.
Tahun 2013 itu sebenarnya dia siap berangkat kuliah ambil doktor di University of Western Australia (UWA) Perth. Tapi terpaksa dia batalkan karena operasi. Gelar doktor akhirnya dia tuntaskan di Unesa. Sejak meraih doktor dia mulai meninggalkan nama pena Sirikit Syah dan memakai nama aslinya Hernani Sirikit.
Keinginannya yang belum terpenuhi adalah naik haji. Dia sudah mendaftar bersama suaminya, Chairul Anam. Tapi antrean daftar tunggunya panjang. Sempat terlontar mau jual rumahnya buat naik haji khusus karena nunggu antrean dia khawatir umurnya gak nutut.
Februari 2022 lalu sempat menerbitkan buku Teori dan Filosofi Jurnalistik dalam Praktik. Saya membeli sepuluh eksemplar untuk dibagikan kepada peserta Roadshow Milad PWMU.CO ke-6 di empat kota. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto