Buah Manis Silaturahmi
Meski medannya berat tapi kami tak pernah surut bersilaturahmi—kecuali dihentikan oleh pandemi Covid-19 dua tahun lalu. Sebab, bagi kami, silaturahmi sebagai ajaran Nabi SAW itu tak boleh diremehkan. Silaturahmi itu juga diinternalisasikan secara intensif oleh almarhum ayah saya, Ahmad Thohir.
Setiap Idul Fitri, kami diminta berkunjung ke rumah saudara-saudaranya, meski kami harus naik perahu karena waktu itu jalan lebih parah lagi kondisinya dari sekarang.
Waktu itu tanggul Bengawan Solo yang menjadi jalan penghubung antardesa dan kecamatan saat belum ada yang dikeraskan dengan paving atau aspal. Jadi kalau hujan, basah dan jembrot. Pasti berlepotan lumpur kalau terpaksa kami harus melewatinya.
Kondisi itu juga saya alami saat bersekolah di SMP Muhammadiyah IV Pangkatrejo, Maduran, Lamongan tahun 1981-1984. Sepeda ontel yang saya pakai ke sekolah sering harus didorong jika hujan—-bagi yang bertubuh kekar, dipanggul. Atau kami titipkan ke rumah penduduk dan kami harus jalan kaki sepanjang separuh perjalanan Keduyung-Pangkatrejo. Saya sebut separuh, karena dari Desa Pangean ke Pangkatrejo sudah beraspal.
Tapi medan seperti itu tak boleh menyurutkan kami bersekolah, juga bersilaturahmi. Ayah akan ‘marah’ jika kami menomorduakan mengunjungi saudara-saudaranya dan kerabat lainnya.
Ajaran silaturahmi itu juga diinternalisasikan oleh mertua saya, KH Abdul Mukti (almarhum) ketika saya menikahi anaknya: Siti Rondiyah. Seperti ayah, bapak mertua juga selalu mendorong kami bersilaturahmi, menyambung saudara termasuk yang jauh, baik secara nasab maupun jarak.
Dari silaturahmi itulah kami merasakan apa yang dikatakan Nabi SAW sebagai dampaknya. Misalnya saat kami mengunjungi paman di Pelangwot yang sedang sakit itu. Wajahnya tampak bahagia mendapat kunjungan kami.
Semoga ini bagian dari memperpanjang umur. Sebab selama ini dia berpikir akan segera mendapat giliran wafat urutan kelima dari enam saudaranya. Pasalnya, kakak-kakaknya meninggal dunia secara berurutan. Dimulai dari ayah saya sebagai saudara sulung disusul adik-adiknya Dahlan, Mubin, dan Jamilah.
Tapi ketika saudara bungsunya, Muslim, meninggal dunia terlebih dulu, dia terkejut dan bahkan merasa ‘bersalah’. Kenapa kok adiknya yang terlebih dulu yang wafat? Berarti pola berurutan wafat kakak-kakaknya, tak lagi berlaku.
Tapi ada ‘tafsir’ dari anak pertamanya, Ririn Fitratun. Ayahnya diberi nama Chotamin oleh kakek kami, alamarhum Kasan, ternyata bagian dari doa. Anak kelimanya ini kelak menjadi penutup dari enam saudaranya, meski dia bukan bungsu.
Silaturahmi dan Rezeki
Dampak lain silaturahmi soal rezeki juga banyak kami dapatkan. Tak mungkin saya sebut semua di sini (sebagaian karena bersifat rahasia, he-he-he). Tapi contoh kecil ini menarik dikemukakan. Hari itu kami mendapat oleh-oleh makanan khas warga Bengawan Solo: ‘botok kluwek wagal’. Makanan kenangan saat kecil yang sudah lama kami rindukan.
Fitratun, sepupu saya yang tinggal di Laren itu, bersama suaminya Hanif Fakhruddin—yang baru saja membuka bisnis baru: Warung Dewi dengan menu utama Rawon Terop, setelah sukses bertahun-tahun sebagai agen kebutuhan pokok—berbaik hati membelikan botok itu.
Makanan istimewa hasil silaturahmi juga kami dapatkan dari adik saya Slamet Hariadi-Umi Hanik yang menyuguhkan ‘rica-rica manuk teruk’. Juga ‘sayur asem iwak kutuk’ suguhan ibu mertua Karsiyu di Widang Tuban.
Soto asli Lamongan Pak Amrin di Pucuk juga menjadi bagian rezeki silaturahmi karena menjadi list menu bungsu saya: Zada Kanza Makhfiya Mohammad saat liburan dari SMP Ar-Rohmah Internastional Islamic Broarding School, Dau Malang. Dia rindu banget dengan soto terenak di dunia itu.
Penting juga dicatat: rezeki jodoh anak keempat saya: Faza Fajrulfatkhi Mohammad, yang insyaallah akan menikah bulan ini dengan Rahmandito Kurnia Pratama Hadiwinoto, juga buah dari silaturahmi yang diajarkan Nabi SAW. Bagaimana ceritanya? Panjang! Semoga ada kesempatan menceritakannya!
Jadi, silaturahmi memang (kadang) berat. Butuh perjuangan dan biaya yang lumayan. Tapi rasakan dampaknya! (*)
Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post