Kisah Besan dan sang Domba, Cara Halus Setan Menggoda; Tulisan Kontributor PWMU.CO Lamongan Mohamad Su’ud.
PWMU.CO — Sebagai khalifah, kata Ustadz Piet Hizbullah Khaidir MA, manusia menghadapi cobaan hidup eksternal dan internal. Adapun cobaan internal—perang melawan diri sendiri—menurut sabda Rasulullah SAW, merupakan bentuk perang yang paling besar (baca berita terkait Manusia Makhluk Resmi Ciptaan Allah).
Oleh karena itu, Piet—panggilan akrabnya—menyatakan, mengendalikan diri sendiri adalah puncak kekuatan yang dapat mengarahkan orang beriman kepada perbuatan terbaik.
“Ramadhan mengajarkan upaya pengendalian diri ini. Karena capaian setelah orang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan adalah derajat takwa,” ujar Ketua Sekolah Tinggi Ilmu al-Quran dan Sains al-Ishlah (STIQSI) Lamongan itu.
Piet lanjut mengungkap gambaran orang bertakwa.b”Mereka telah berhasil mengendalikan hawa dan nafsu angkara murkanya dengan kemampuan menahan amarahnya. Mereka menahan diri untuk tidak emosi, tidak meledak-ledak dan mengumbar kemarahannya,” ujar Piet Senin (2/5/22).
Setan Picu Nafsu Murka
Di hadapan 400 jamaah Idul Fitri 1443 di Pelataran Masjid al-Muhajirin Gedangan, Maduran, Lamongan itu Piet juga mengungkap kisah menarik. Suatu ketika, seorang hamba yang shalih bertanya kepada setan dan iblis, “Bagaimana menjerumuskan manusia ke dalam kubangan perbuatan dosa?”
“Apakah mengajarkan cara melakukan pelanggaran syariat? Apakah merayu dengan iming-iming duniawi? Apakah memberi informasi kepada manusia tentang perbuatan-perbuatan yang buruk?”
Meski sederhana, jawaban setan dan iblis sungguh mengagetkan. Mereka menjawab, “Kami tidak melakukan hal banyak. Kami hanya melakukan hal yang menjadi pemicu saja. Selebihnya manusialah yang telah malampaui batas dan melakukan perbuatan dosa setelahnya.”
Sang hamba shalih bertanya lagi, “Hal sederhana dan perbuatan pemicu seperti apa yang kalian lakukan sehingga manusia terjerumus ke kubangan dosa?”
Kata mereka, “Kami menggoda nafsunya agar berubah menjadi nafsu angkara murka (ammarah dan lawwamah) dan durjana (fajirah).”
Awal Setan Gerakkan Pemicu
Piet lanjut mengisahkan awal mula setan dan iblis memicu nafsu dua orang berumur yang saling berbesanan. “Yang kami lakukan adalah kami longgarkan temali pengikat domba kesayangan seorang berumur yang kandangnya berdekatan dengan taman rumput yang sangat dirawat sepenuh jiwa oleh seorang berumur yang lainnya,” terangnya.
Setelah temali domba kesayangan itu lepas dan tak ada seorangpun yang menjaganya, sang domba berlari. Setan dan iblis mengarahkannya ke taman rumput yang telah terawat dengan sepenuh jiwa itu. Maka, taman rumput porak-poranda.
Saat itu, si besan melihat taman rumputnya rusak dan ada domba memakannya. Tanpa berpikir panjang akan dampaknya, dia menangkap dan menyembelih domba itu. Kemudian, dombanya disate. Mereka mengundang sang besan untuk ikut pesta makan daging domba.
Di waktu bersamaan, si empunya domba terus mencari dombanya yang hilang. Tanpa ada pengetahuan dan perasaan, ketika sedang pesta, sang besan menceritakan tamannya rusak akibat seekor domba, lalu domba itu dia sembelih dan dia hidangkan sebagai santap pesta. Dia bercerita dengan antusias dan penuh amarah.
Baca sambungan di halaman 2: Besan Lampaui Batas
Discussion about this post